LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Oleh
MUH. FAHRUDDIN NURDIN
E 321 09 081
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2011
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Laporan Lengkap Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Tujuan : Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Ordo, Klasifikasi, Gejala Serangan, dan Pengendalian Hama Penyakit, dan Nematoda pada Tanaman Di Lahan Pertanian.
Nama : Muh. Fahruddin Nurdin
No. Stambuk : E 321 09 081
Jurusan : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Universitas : Tadulako
Palu, Desember 2010
Mengetahui,
Koordinator Asisten Praktikum Asisten Penanggung Jawab
PAJRIN MISWANTO
E 211 06 04 E 281 08 018
Menyetujui
Koordinator Mata Kuliah
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Prof. Dr. Ir. H. Alam Anshary,M.Si
NIP. 19581201 198603 1 003
RINGKASAN
Dalam pembudiayaan pertanian sering kali kita dihadapkan pada masalah-masalah yang sering mengganggu tanaman, merusak tanaman sehingga mempengaruhi hasil produksi pertanian dan bahkan sengat merugikan, masalah-masalah tersebut diantaranya adalah serangan hama dan penyakit, nematoda, dan gulma.
Hama adalah organisme pangganggu tanaman yang menyebabkan kerusakan secara fisik pada tanaman pertanian sehingga menimbulkan kerugian secara ekonomis, namun ada pula beberapa jenis hama yang sering menyerang atau merusak komoditas simpanan yang biasanya disebut hama gudang. pada umumnya hama yang paling banyak mengganggu tanaman berasal dari kelas insecta, misalnya kepik (Nezara
viridula) pada tanaman padi.
Penyakit adalah kelainan atau keadaan abnormal pada tanaman yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur seingga menimbukan kerusakan secara fisik dan juga kerugian secara ekonomis. Misalnya jenis bakteri Pseudomonas Solanacearum yang menyerang tanaman tomat, jenis virus Tungro yang menyerang tanaman padi, jenis jamur Colletitrichio caprici yang menyerang tanaman cabai.
Nematoda adalah juga merupakan organisme pangganggu tanaman yang merusak tanaman secara fisik, nematoda termasuk dalam fylum Nemathelminthes. Namun tidak semua organisme ini bersifat parisitik, adapula yang tidak merugikan tanaman. Nematoda menyerang tanaman dari dalam dan dari luar hal tersebut dapat diketahui dari gejala-gejala yang terjadi pada tanaman.
Dari semua gangguan yang telah dijelaskan diatas maka perlulah diadakan perlindungan tanaman yang tujuannya adalah menjamin produktifitas tanaman pertanian pada taraf yang tinggi, mengendalikan populasi daan serangan OPT agar tidak menimbulkan kerugian secara ekonomis, mengupayakan keuntungan ekonomi yang maksimal dapat diterima oleh petani, menghindarkan kandungan pestisida atau bahan beracun dalam produk-produk pertanian melampaui ambang batas yang telah ditetapkan, melindungi fungsi-fungsi lingkungan agar mampu menjamin keberlanjutan produksi pertanian, mengupayakan ketahanan usaha tani yang maksimal dari gangguan ketidaktentuan kondisi iklim dan gangguan dari luar lainnya.
Palu, Desember 2010
Penyusun
UCAPAN TERIMA KASIH
Maha besar Allah SWT yang selalu melindungi, memberi kekuatan dan jalan yang lurus bagi kita umatnya sekalian,rasa syukur yang sedalam-dalamnya atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah SWT karena atas izinnya sehingga laporan ini dapat saya selesaikan dengan tepat waktu dan insyallah sudah memenuhi seluruh syarat sebagai laporan lengkap.
Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada Dosen pengeajar dan Dosen koordinator mata kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman atas seluruh materi yang telah diberikan, koordinator asisten serta para asisten mata kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman yang selama ini memberikan bimbingan, motivasi, dan ilmu selama praktikum berjalan, kepada rekan-rekan Mahasiswa yang sama-sama mengikuti praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman atas kerja samanya dalam pencarian bahan praktikum, pengerjaan tugas awal maupun dalam penyusunan laporan ini, kepada keluarga besar AGB 2 yang selalu saling mendoakan, mengingatakan, memotivasi dan saling membantu dalam segala masalah perkuliahan khususnya dalam mata kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, terima kasih juga atas kekompakannya, tidak ada kata lain yang bias saya ucapkan selain terima kasih, terima kasih dan terima kasih.
Sebelum saya akhiri sekali lagi Secara pribadi, saya sebagai penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung baik selama proses perkuliahan, praktikum dan penyusunan laporan ini.
Palu, Desember 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
RINGKASAN iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR vii
PENGENALAN SERANGGA HAMA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ordo-Ordo Serangga 3
2.2 Serangga Hama pada Tanaman Utama
5
2.2.1 Ordo Hepidoptera 5
2.2.2 Ordo Hemiptera 6
2.2.3 Ordo Orthoptera 7
2.2.4 Ordo Diptera 8
2.2.5 Ordo Coleoptera 9
2.2.6 Ordo Homoptera 10
2.2. 7 Ordo Hymenoptera 10
2.3 Serangga Hama Pada Tempat Penyimpanan 11
2.3.1 Klasifikasi 11
2.3.2 Ciri morfologi 12
2.3.3 Siklus hidup 13
2.3.4 Gejala serangan 14
2.3.5 Pengendalian 16
III. METODE DAN PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu 17
3.2 Alat dan Bahan 17
3.3 Cara Kerja 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 20
4.1.1 Pengenalan ordo-ordo serangga 20
4.1.2 Pengenalan hama pada tanaman utama 28
4.1.3 Pengenalan hama pada tempat penyimpanan 38
4.2 Pembahasan 42
4.2.1 Pengenalan ordo-ordo serangga 42
4.2.2 Pengenalan hama pada tanaman utama 50
4.2.3 Pengenalan hama pada tempat penyimpanan 55
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 59
5.2 Saran 60
PENGENALAN PENYAKIT TUMBUHAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 61
1.2 Tujuan dan Kegunaan 62
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Penyakit yang Disebabkan Oleh Jamur
63
2.1.1 Klasifikasi 63
2.1.2 Morfologi 64
2.1.3 Gejala Serangan 65
2.1.4 Daur hidup jamur penyakit 67
2.1.5 Siklus hidup penyakit 68
2.2 Penganalan Penyakit yang Disebabkan Oleh Bakteri dan Virus 69
2.2.1 Blood descase bacterium (BDB) 69
2.2.2 Pseudomonas selanacearum 70
2.2.3 Peanut Strippe Virus (PStV) 71
2.2.4 Peanut Mottle Virus (PMoV) 72
2.2.5 Virus tunggro 73
III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu 75
3.2 Alat dan Bahan 75
3.3 Cara Kerja 76
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 77
4.1.2 Penyakit yang disebabkan oleh jamur 77
4.1.3 Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus 79
4.2 Pembahasan 82
4.2.1 Penyakit yang disebabkan oleh jamur 82
4.2.2 Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus 87
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 91
5.2 Saran 92
PENGENALAN NEMATODA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 93
1.2 Tujuan dan Kegunaan 94
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Nematoda Meloidogyne spp. 95
2.2 Morfologi Nematoda Meloidogyne spp. 95
2.3 Daur Hidup Nematoda Meloidogyne spp. 96
2.4 Mekanisme Serangan Nematoda Meloidogyne spp. 96
2.5 Teknik Ekstraksi Nematoda Meloidogyne spp. 97
2.6 Pengendalian Nematoda Meloidogyne spp. 100
III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu 101
3.2 Alat dan Bahan 101
3.3 Cara Kerja 101
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 103
4.2 Pembahasan 105
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 109
5.2 Saran 109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
- Morfolgi Belalang (Valanga nigricornis)
21
- Morfologi Capung (Ishenura cerfulla) 21
- Morfologi Kepik hijau (Nezara viridula) 22
- Morfologi Kecoa (periplaneta sp.) 22
- Morfologi Kupu-kupu (Papilio demodoeus)
23
- Morfologi Kumbang helm (Coccinella arcuta) 23
- Morfologi Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) 24
- Morfologi Larva Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) 24
- Morfologi Lalat Buah (Dacus sp.) 25
- Morfologi Undur undur (Mymeloen frontair) 25
- Morfologi Kutu putih (Aphis gossyppi) 26
- Morfologi Kutu Busuk (Cimex rotundur) 26
- Morfologi Larva kupu-kupu (Papilio sp.)
27
- Morfologi Nyamuk (Anopheles sp.) 27
- Morfologi Lebah (Stagmomantis sp.) 28
- Morfologi Semut (Selopsis geminata) 28
- Morfologi Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros 29
- Morfologi gejala Serangan Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
pada tanaman kelapa. 29
- Morfologi Larva Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) 30
- Morfologi gejala serangan Larva Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) 30
- Morfologi Walang Sangit (Leptocorixa acuta) 31
- Morfologi gejala Serangan Walang Sangit (Leptocorixa acuta)
pada tanaman padi (oryza sativa) 31
- Morfologi Kepik Hijau (Nezara viridula) 32
- Morfologi gejala Serangan Kepik Hijau (Nezara viridula)
Pada Tanaman Padi (oryza sativa) 32
- Morfologi Penggerek Buah kakao
(Conopomorpha cramerella) 33
- Morfologi gejala Serangan Penggerek Buah Kakao
(Conopomorpha cramerella). 33
- Morfologi Ulat daun bawang (Spodoptera exigua) 34
- Morfologi gejala Serangan Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua
- Morfologi Larva Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) 30
Pada Tanaman Bawang 34
- Morfologi Ulat Daun Kubis (Flutella xylostella) 35
- Morfologi gejala Serangan Ulat Daun Kubis (Flutella xylostella)
pada Tanaman Kubis (Brosica oleraceae)
35
- Morfologi Ulat grayak (Spodoptera litura) 36
- Morfologi gejala Serangan Ulat Grayak (Spodoptera litura) 36
- Morfologi Kepik pengisap buah kakao (Helopeltis sp.) 37
- Morfologi gejala Serangan Kepik Pengisap Buah Kakao
(Helopeltis sp) Pada Buah Kakao 37
- Morfologi Wereng Coklat (Nilavarpata lugens) 38
- Morfologi gejala Seranga Wereng Coklat (Nilaparvata lugens) 38
- Morfologi Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae) 39
- Morfologi gejala Serangan Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae)
Pada Beras Simpanan 39
- Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) 40
- Morfologi gejala Serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)
Pada Jagung Simpanan 40
- Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) 41
- Morfologi gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)
Pada Kopra Simpanan 41
- Morfologi Kumbang Biji Kacang Hijau
(Callosobruchus chinennsis) 42
- Morfologi gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau
(Callosobruchus chinennsis) Pada Kacang Hijau Simpanan 42
- Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp.) 43
- Morfologi Buah Cabai (Capsicum annum)
yang Terserang Colletotrichum capsici 78
- Morfologi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang Terserang
Fusarium oxysporum 78
- Morfologi Buah Kakao (Theobroma cacao) yang Terserang
Phytophthora palmivora 79
- Morfologi Bagian dalam buah Kakao (Theobroma cacao) yang Terserang
Phytophthora palmivora 79
- Morfologi Tanaman Pisang (Musa sp.) yang Terserang
Fusarium oxysporum 80
- Morfologi Buah Pisang (Musa paradisiaca L.)
yang Terserang
Blood Disease Bacterium (BDB). 80
- Morfologi Empulur Batang Pisang (Musa paradisiaca L.)
yang TerserangBlood Disease Bacterium (BDB) 81
- Morfologi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang Terserang
Bakteri Pseudomonas solanacearum 81
- Morfologi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae) yang Terserang
Peanut Mottle Virus (PMoV) 82
- Morfologi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae)
yang Terserang Peanut Strip Virus (PStV). 82
- Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa) yang terserang Virus Tungro 83
- Morfologi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum)
yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp. 105
- Morfologi Tanaman Seledri (Aphium graveolens)
yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp. 105
- Morfologi Nematoda Meloidogyne spp.
jantan pada Pembesaran 10 x 106
- Morfologi Nematoda Meloidogyne spp.
Betina Pembesaran 10 x 106
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerugian pada budidaya tanaman sering kali diakibatkan oleh Organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga perlu diadakannya perlidungan tanaman dengan tujuan meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh OPT. gangguan yang disebabkan oleh OPT merupakan resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan dalam setiap usaha dibidang budidaya tanaman. Resiko ini merupakan konsekuensi logis dari setiap perubahan ekosistem yang terjadi akibat budidaya tanaman.
Hama merupakan orgnisme pengganggu tanaman yang mengakibatkan kerusakan secara fisik pada tanaman dan kerugian secara ekonomis, golongan hama terbesar berasal dari kelas serangga (insecta). Namun ada beberapa jenis serangga yang berperan sebagai musuh alami bagi serangga lain yang bersifat hama. Hama tanaman yang menempati peringkat paling atas berasal dari klas insecta (serangga), dalam klas insect ini terdapat beberapa ordo yang membagi jenis-jenis serangga hama pengganggu tanaman. (anonim, 2010)
Tanaman holtikultura dan perkebunan juga banyak terserang serangga hama dan mengakibatkan kerugian dan kerusakan secara fisik Tanaman yang terserang hama biasanya menunjukkan gejala-gejala tertentu, maka sebelum melakukan pengendalian kita harus mengenali gejala yang terjadi pada tanaman agar langkah pengendalian dapat dilakukan dengan tepat (Anonim, 2010).
Seliain menyerang tanaman, ada juga jenis hama yang mengganggu ata merusak pada tempat penyimpanan. Hama jenis ini biasanya juga disebut hama gudang, hama gudang kebanyakan berasal dari ordo Coleoptera misalnya kumbang beras dan kumbang jagung (Anonim, 2010)
Bagian-bagian tubuh serangga secara umum yaitu, tubuh serangga pada umumnya terdiri atas 3 daerah yaitu caput, toraks dan abdomen. Pada caput terdapat sepasang antenna, sepasang mata majemuk, 3 buah ocelli, serta seperangkat alat mulut. Toraks didukung oleh 3 segmen masing-masing segmen terdapat sepasang kaki. Serangga yang memiliki sayap umumnya mempunyai 2 pasang sayap yang melekat pada segmen ke-2 dan ke-3 dari toraks. Abdomen disokong oleh 11 segmen yang ditumbuhi oleh spirakel, tympanum, alat genitalia dan dilengkapi oleh ovipositor.
1.2 .Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum tentang pengenalan serangga hama adalah untuk mengetahui dan mempelajari ordo-ordo serangga, cirri morfologi, gejala serangan, klasifikasi, siklus hidup dan cara pengendaliannya.
Kegunaan dari praktikum tentang pengenalan serangga hama adalah agar mahsiswa dapat memahami dan membedakan ordo-ordo serangga, cirri morfologi, gejala serangan, klasifikasi, siklus hidup dan cara pengendaliannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ordo-Ordo Serangga
Ordo Odonata atau bangsa capung/kinjeng memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal, sayap dua pasang bersifat membranus pada capung dewasa ditemui vena-vena yang jelas dan pada kepala dan pada kepala dijumpai mata facet yang besar, Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa serangga kecil termasuk hama contoh dari ordo ini adalah capung. (Rioardi, 2009)
Ordo Orthoptera atau bangsa belalang dikenal sebagai pemakan tumbuhan namun ada diantaranya bertindak sebagai predator bagi serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit dari pada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur (Rioardi, 2009).
Ordo Hemiptera atau bangsa kepik memiliki anggota yang besar san sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa atau imago), namun beberapa diantaranya ada yang bersifat predator yang mengisap cairan tubuh serangga lain, anggota ordo ini ummnya memiliki dua pasang sayap (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal dan pada bagian ujung membranus yang disebut Hemelytra. Pada bagian kepala dijumpai adanya mata facet dan occeli (Rioardi, 2009).
Ordo Homoptera atau bangsa wereng dan kutu, anggota ordo ini secara morfologi mirip dengan anggota ordo Hemiptera namun yang membedakannya yaitu pada morfologi sayap depan dan tempat pemuncuan rostumnya. Sayap depan anggota ordo ini memiliki tekstur yang homogeny, bias keras semua atau membranus semua sedangkan sayap belakang bersifat membranus (Rioandi, 2009).
Ordo Neuroptera merupakan serangga yang bertubuh lunak dengan empat sayap yang berselaput tipis yang memiliki sangat banyak rangka-rangka sayap longitudinal. Sayap depan dan belakang memiliki bentuk dan kerangka sayap serupa dan biasanya diletakkan seperti atap diatas tubuh pada waktu istirahat (anonim, 2010)
Ordo Mecoptera merupakan serangga-serangga bertubuh langsing, berukuran sedang dengan kepala memanjang kebawah sebagai suatu proboscis atau rostrum, anggota ordo ini memilik empat sayap panjang sayap belakang dan depan memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Larva dan imago kebanyakan bersifat predator dengan tarsus laptatorial (anonim, 2010)
Ordo Coleoptera adalah ordo yang terbesar dari serangga dan dapat ditemui pada bebagai habitat dapat beradaptasi dengan baik pada habitat subcortical (dibawah kulit kayu dan fungi. Anggota ordo ini ada yang bertindak sebagai hama namun ada pula yang bertindak sebagai predator bagi serangga lain termasuk hama, memiliki sayap depn yang menebal serta tidak memiliki vena sayap (Rioardi 2009)
Ordo Lepidoptera atau bangsa kupu/ngengat dalam ordo ini hanya stadium larva saja yang bersifat hama karena memakan tumbuh-tumbuhan sehingga merupakan hama yang serius bagi tanaman budidaya namun beberapa diantaranya ada yang bersifat predator serangga dewasa umumnya bersifat sebagai pengisap madu, sayap terdiri dari dua pasang yang bersifat membranus dan ditutupi oleh sisik yang berwarna-warni (Rioardi, 2010).
Ordo Diptera atau bangsa lalat merupakan serangga bersayap dua, dua buah sayap belakangnya berubah menjadi bulatan yang disebut halter, berfungsi sebagai alat keseimbangan sewaktu terbang. Pada kepalanya juga dijumpai sepasang antena dan mata facet Anggota ordo ini meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid (Hety indriani, 2003).
Ordo Hymenoptera atau bangsa lebah anggota ordo ini meryupakan serangga bersayap selaput. Sayap terdiri dari dua pasang dan bersifat membranus pada kepala dijumpai adanya sepasang antena dan mata facet. Kebanyakan ordo ini menguntungkan manusia yaitu membantu penyerbukan dan merupakan parasit dan predator. (Hety indriani, 2003).
2.2 Serangga Hama Pada Tanaman Utama
2.2.1 Ordo Lepidoptera
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar.
Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna (Campbell, 2000).
Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong - dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain : Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk), Kupu gajah (Attacus atlas L), Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura) (Campbell, 2000).
2.2.2 Ordo Hemiptera
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain (Campbell, 2000).
Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli (Campbell, 2000).
Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah : Walang sangit (Leptocorixa acuta), Kepik hijau (Nezara viridula L), Bapak pucung (Dysdercus cingulatus F) (Campbell, 2000).
2.2.3 Ordo Ortoptera
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain.
Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur (Kimball, 1987).
Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen) (Kimball, 1987).
Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya. Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur - nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa (Periplaneta sp.), Belalang sembah/mantis (Otomantis sp.), Belalang kayu (Valanga nigricornis) (Kimball, 1987).
2.2.4 Ordo Diptera
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap (Kimball, 1987).
Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu : bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum, bagian tengah yang, berbentuk silindris disebut haustellum, bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc. Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia telur - larva - kepompong - dewasa. Larva tidak berkaki (apoda biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta (Anonim, 1970).
Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah (Dacus sp), lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F), lalat rumah (Musca domesticaLinn.), lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis) (Anonim, 1970).
2.2.5 Ordo Coleopteran
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain.
Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan (Anonim, 1970). Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia :telur - larva - kepompong (pupa) - dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya adalah : Kumbang badak (Oryctes rhinoceros), Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr), Kumbang buas (Coccinella) (Anonim, 1983).
2.2.6 Ordo Homoptera
Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala (Anonim, 1983).
Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur - nimfa - dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.), Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.), Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.) (Anonim, 1970).
2.2.7 Ordo Heminoptera
Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk. Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli (Anonim, 1983).
Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya. Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur - larva - kepompong - dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman. Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah : parasit telur penggerek tebu/padi (Trichogramma sp.), tabuhan parasit ulat Artona (Apanteles artonae), parasit kumbang Brontispa (Tetratichus brontispae Ferr.) (Anonim, 1970).
2.3 Serangga Hama Pada Tempat Penyimpanan
2.3.1 Klasifikasi
Kumbang beras (Sitophilus oryzae) termasuk kedalam kingdom animalia, filum arthropoda, kelas insecta, ordo coleoptera, dan family curculionidae (Anonim, 2009).
Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) termasuk kedalam kingdom animalia, filum arthropoda, kelas insecta, ordo coleoptera, dan family curculionidae (Anonim, 2009).
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) termasuk kedalam kingdom animalia, filum arthropoda, kelas insecta, ordo coleoptera, dan family cloridae (Anonim, 2009).
Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis L.) termasuk kedalam kingdom animalia, filum arthropoda, kelas insecta, ordo coleoptera, dan family orochidae (Anonim, 2009).
Kumbang tepung (Tribolium sp.) termasuk kedalam kingdom animalia, filum arthropoda, kelas insecta, ordo coleoptera, dan family tenebrinidae (Anonim, 2009).
2.3.2 Ciri morfologi
Kumbang beras atau yang lebih dikena dengan kutu beras memiliki ciri morfologi yaitu Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).
Morfologi kumbang jagung memiliki ciri panjangnya 2,5–4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan. Dua bercak pada sayap sebelah kiri dan dua bercak sebelah kanan. Panjangnya tubuh kumbang dewasa kurang lebih 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Anonim, 2009).
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memiliki antena, kepala (caput), mata majemuk, abdomen, thoraks, tungkai belakang, tungkai depan, dan sepasang sayap (Hidayat, 2009).
Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis L.) memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil dan berwarna coklat kehitaman, memiliki sayap yang coklat kekuning-kuningan, panjang tubuhnya sekitar 5-6 mm. Memiliki caput, mata, alat mulut, tungkai, femur, tibia, tersus, thorax, abdomen, sayap belakang tipis seperti membran (selaput), pada saat istirahat sayap itu seperti terlipat (Hidayat, 2009).
Kumbang tepung memiliki morfologi yaitu anggota dari suku ini biasanya berwarna merah coklat sampai hitam, hidup pada bahan tepung, hingga larva anggota suku suku tersebut dikenal dengan ulat tepung atau meal worm. Hama ini kumbang betinanya meletakkan telur di dalam tepung. Produksi telur mencapai 4500 butir. Larva bergerak aktif dengan ketiga pasang tungkainya. Selama masa pertumbuhannya
larva mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali. Panjang larva 8-11 mm. Menjelang masa berkepompong larva akan naik ke permukaan tanpa membentuk kokon. Daur hidup sekitar 5-6 minggu (Anonim, 2009).
3.2.3 Siklus hidup
Siklus hidup kumbang beras yaitu kumbang betina bertelur pada bahan simpanan setelah beberapa hari telur menetas dan menjadi larva Kurang lebih beberapa hari pada suhu 18°C. Tidak akan berkembang di bawah 16°C. Kutu dewasa hidup selama beberapa bulan hingga 1 tahun dan dapat terus menghasilkan telur (Anonim, 2010).
Siklus hidup kumbang jagung ialah kumbang betina akan mengunyah lubang kecil di dalam inti biji, kemudian memasukkan satu telur ke dalamnya. Kumbang betina dapat bertelur 300 hingga 400 telur selama lebih dari satu bulan. Telur akan menetas dalam beberapa hari menjadi larva dan memakan bagian dalam inti biji. Kemudian menjadi kepompong, selanjutnya menjadi kumbang dewasa. Seluruh siklus hidup berlangsung dari empat hingga tujuh minggu (Anonim, 2010).
Siklus hidup kumbang kopra yaitu betina bertelur hingga 30 telur per harinya di dalam retakan atau celah yang terluka. Telur membutuhkan antara empat dan enam hari untuk menetas. Larva akan tumbuh selama 30 hingga 140 hari, menjadi kurang aktif dan mencari tempat yang gelap untuk menjadi kepompong. Tahapan kepompong bervariasi antara 6 dan 21 hari. Kumbang dewasa akan segera kawin setelah tumbuh dari tahapan kepompongnya dan dapat hidup hingga 14 bulan (Anonim, 2010)
Siklus hidup kumbang kacang hijau adalah imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia lrva adalah 4-6 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang (Anonim, 2010).
Siklus hidup kumbang tepung yaitu kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki thorakal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai 8-11 mm. menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi imago akan kembali masuk ke dalam material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42 hari (Anonim, 2010).
2.3.4 Gejala serangan
Kumbang beras mengakibatkan Kerusakan yang termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama Sitophilus oryzae bersifat polifag, selain merusak butiran beras, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada
beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Naynienay, 2008).
Kumbang jagung menyerang jagung sehingga berlubang, ukurannya lebih besar dari kumbang beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung menurun karena bercampur dengan air liur hama yang menjadi penyebab kerusakan pada bahan simpanan (Heroladji, 2003).
Gejala serangan kumbang kopra (Necrobia rufipes) yaitu melubangi biji-biji kopra dan membuat kopra menjadi busuk dan mengekuarkan bau yang tak sedap (Anonim, 2009).
Gejala serangan kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis L.) yaitu melubangi biji-biji kacang hijau sehingga biji tersebut lama-kelamaan menjadi retak dan hancur (Anonim, 2009).
Gejala serangan kumbang ini menyebabkan tepung menjadi kotor, karena kumbang betina akan meletakan telur sehingga tercampur dengan tepung. Biasanya pada bahan yang diserang tampak banyak kumbang yang merayap di atas permukaan karung atau bahan yang disimpan (Kartasapoetra, 2000).
2.3.5 Pengendalian
Pengendalian hama kumbang beras ini adalah melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan (Anonim, 2010).
Pada kumbang jagung Serangan di lapang dapat terjadi jika tongkol terbuka. Pengelola tanaman untuk meminimalkan serangan hama, terutama penggerek batang dan penggerek tongkol, dapat mengurangi serangan kumbang bubuk di lapang. Tanaman yang kekeringan dan dengan pemberian pupuk dengan takaran rendah mudah terinfeksi busuk tongkol, sehingga mudah pula terserang hama kumbang bubuk. Panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis yang ditandai oleh adanya lapisan hitam pada ujung biji bagian dalam dapat mengurangi serangan kumbang bubuk. Panen yang tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan (Tandiabang, 2002).
Pengendalian pada kumbang kopra (Necrobia rufipes) untuk penyimpanan pada gudang yaitu dilakukan dengan menggunakan pengasapan (fumigasi), atau dengan membersihkan (sanitasi) gudang tempat penyimpangan, sedangkan cara pengendalian untuk tanaman yang sedang proses pertumbuhan biasanya menggunakan organisme hidup seperti parasit, predator, patogen, sebagai musuh, ada
pula cara mekanis dengan mematikan dengan tangan atau alat, menghalau dengan tirai (tanaman sebagai tirai atau benda lain sebagai tirai, seperti plastik) Pengendalian terhadap hama kumbang kacang hijau dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam) (Naynienay, 2008).
Pengendalian serangan dari kumbang tepung yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan adalah melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi terhadap produk pasca penen dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia (Anonim, 2010).
III. METODOLOGI
2.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman dilaksanakan dilaboratorium Hama Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Dan dilaksanakan setiap hari Rabu, dari tgl 10 November s/d 1 Desember 2010 pada pukul 14.00 WITA sampai selesai.
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman ini adalah alat tulis, LKM (lembar kerja mahasiswa), alkohol, papan bedah, dan jarum pentul.
Bahan yang digunakan dalam praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman ini adalah pada modul pengenalan ordo-ordo serangga adalah Capung (Aesa sp.), Belalang (Valanga nigricornis), Kecoa (Periplaneta sp), kepik (Nezara virudula), Kutu putih (Aphis gossypi), Kutu busuk (Cimex lectularius), Undur-undur (Mymeleon sp.), Lalat buah (dacus spp.), Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros), Kumbang helm (Coccinella arcuta), Kupu-kupu (Papilion sp.), Larva kupu-kupu (Papilio demodeus), Nyamuk (Anopheles sp), Lebah (Apis sp.), Semut (monomorium sp.). pada modul serangga hama pada tanaman utama adalah Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros), Larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros), Walang sangit (Leptocorixa acuta), Kepik hijau (Nezara viridula), Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella), Ulat daun bawang (Spodoptera exigua), Ulat daun kubis (Plutella xylostella), Ulat grayak (Spodoptera litura), Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp), Wereng hijau (Nilaparvata lugens). modul hama pada tempat penyimpanan adalah Kumbang Beras (Sitophilus oryzae), Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays), Kumbang Kopra (Necrobia rufipes), Kumbang Biji Kacang Hijau (Callosobruchus chinennsis), Kumbang Tepung (Tribolium sp.).
2.3 Cara Kerja
Siapkan bahan/specimen hama dan gejala serangannya, ambil dan amati morfologi specimen tersebut satu persatu, kemudian gambarkan specimen pada buku gambar dan berikan keterangan pada setiap gambar tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
- Hasil
4.1.1 Pengenalan ordo-ordo serangga
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 1. Morfolgi Belalang (Valanga nigricornis)
Gambar 2. Morfologi Capung (Ishenura carfulla)
Gambar 3. Morfologi Kepik Hijau (Nezara viridula)
Gambar 4. Morfologi Kecoa (periplaneta sp.)
Gambar 5. Morfologi Kupu-Kupu (Papilio demodoeus)
Gambar 6. Morfologi Kumbang Helm (Coccinella arcuta)
Gambar 7. Morfologi Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Gambar 8. Morfologi Larva Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Gambar 9. Morfologi Lalat Buah (Dacus sp.)
Gambar 10. Morfologi Undur Undur (Mymeloen sp.)
Gambar 11. Morfologi Kutu Putih (Aphis gossyppi)
Gambar 12. Morfologi Kutu Busuk (Cimex rotundus)
Gambar 13. Morfologi Larva Kupu-Kupu (Papilio sp.)
Gambar 14. Morfologi Nyamuk (Anopheles sp.)
Gambar 15. Morfologi Lebah (Stagmomantis cardine)
Gambar 16. Morfologi Semut (Solepsis geminata)
4.1.2 Pengenalan hama pada tanaman utama
Berdasarkan praktikum yang dialkukan diperoleh hasil sebagai barikut
Gambar 17. Morfologi Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Gambar 18. Morfologi Gejala Serangan Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) pada tanaman kelapa.
Gambar 19. Larva Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Gambar 20. Morfologi Gejala Serangan Larva Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Gambar 21. Morfologi Walang Sangit (Leptocorixa acuta)
Gambar 22. Morfologi Gejala Serangan Walang Sangit (Leptocorixa acuta) pada tanaman padi
Gambar 23. Morfologi Kepik Hijau (Nezara viridula)
Gambar 24. Morfologi Gejala Serangan Kepik Hijau (Nezara viridula) Pada Tanaman Padi
Gambar 25. Morfologi Penggerek Buah kakao (Conopomorpha cramerella)
Gambar 26. Morfologi Gejala Serangan Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella).
Gambar 27. Morfologi Ulat daun bawang (Spodoptera exigua)
Gambar 28. Morfologi Gejala Serangan Ulat Daun Bawang (Spodoptera exigua) Pada Tanaman Bawang
Gambar 29. Morfologi Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella)
Gambar 30. Morfologi Gejala Serangan Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella) pada Tanaman Kubis
Gambar 31. Morfologi Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gambar 32. Morfologi Gejala Serangan Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gambar 33. Morfologi Kepik Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp.)
Gambar 34. Morfologi Gejala Serangan Kepik Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp.) Pada Buah Kakao
Gambar 35. Morfologi Wereng Coklat (Nilavarpata lugens)
Gambar 36. Morfologi Gejala Seranga Wereng Coklat (Nilavarpata lugens)
4.1.3 Pengenalan hama pada tempat penyimpanan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut
Gambar 37. Morfologi Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae)
Gambar 38. Morfologi Gejala Serangan Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae) Pada Beras Simpanan
Gambar 39.Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)
Gambar 40. Morfologi Gejala Serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) Pada Jagung Simpanan
Gambar 41. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)
Gambar 42. Morfologi Gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) Pada Kopra Simpanan
Gambar 43. Morfologi Kumbang Biji Kacang Hijau (Callosobruchus chinennsis)
Gambar 44. Morfologi Gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinennsis) Pada Kacang Hijau Simpanan
Gambar 45. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp.).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengenalan ordo-ordo serangga
Berdasarkan pengamatan yang dilaukan dapat diketahui morfologi belalang (Valanga nigricornis) adalah terdiri dari Kepala (Caput), Mata, Antena, Sayap depan, Sayap belakang, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, Ovipositor. Belalang termasuk dalam ordo Orthoptera, hewan ini biasanya memakan daun tanaman budidaya sehingga merusak tanaman dan merugikan petani cara penaggulangannya dengan menggunakan insectisida.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, yaitu tentang Pengenalan Serangga Hama serta menuliskan ciri-ciri morfologinya dan gejala serangannya. Pada belalang kayu (Valanga nigricornis), pada waktu istirahat berprilaku khas yaitu sayap belakang dilipat lurus dibawah sayap depan. Memiliki tipe mulut nimfa dan imagonya menggigit, mengunyah, dan menggerek. Contohnya pada helaian daun jagung terdapat bekas gigitan, yang menyebabkan daun berlubang yang terdapat pada tengah dan ujung daun. Daur hidup belalang pada umumnya bertelur pada musim kemarau dan akan menetas pada musim hujan, memiliki caput, toraks, abdomen, antena, mata majemuk, dan tungkai (Wordpress, 2009).
Morfologi capung (Ishenura cerfulla), Kepala (Caput), Mata, Mulut, Sayap depan, Sayap belakang, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, Ovipositor. Hewan ini termasuk dalam ordo Odonata yang bentuk tubuhnya panjang dan ramping, sayap memanjangn sayap depan dan belakang hampir sama dengan bentuk dan ukuran. Serangga ini merupakan jenis predator karena memakan serangga-serangga kecil termasuk serangga hama.
Capung (Ishenura cerfulla) memiliki mulut, caput, thorax, abdomen, sayap dan ekor. Sesuai dengan pernyataan (Siregar, 2003) yang menyatakan bahwa hama ini termasuk dalam ordo Odonata yang memiliki ciri-ciri yaitu mempunyai tubuh yang panjang dan memiliki bulu roma disekitar kaki, memiliki mulut, caput, thorax, abdomen, dan sayap yang lebar dan kuat.
Kepik hiju (Nezara viridula) memiliki morfologi berdasarkan praktikum yang dilakukan yaitu Kepala (Caput), Mulut, Antena, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, Sayap depan, Sayap belakang, Ovipositor. Hewan ini masuk
dalam ordo Hemiptera yang berukuran tubuh kecil dan semuanya bersayap, sayap depan menebal dan sayap belakang membranus. Kepik hijau biasanya mengeluerkan bau yang kurang enak bila diganggu.
Pada hasil pengamatan, kepik hijau (Nezara viridula) memiliki bentuk tubuh lebar seperti perisai. Terdiri dari kepala (cepal), antenna, mata, dada (thoraks), sayap, kaki dan perut (abdomen). Mengeluarkan bau yang tidak enak dan menyerang bulir padi. Walang sangit (Leptocorixa acuta) memiliki antena, caput, thorax, abdomen dan mulut yang berfungsi untuk mengisap (Anonim, 2010).
Morfologi kecoa (periplaneta sp) berdasarkan pengamatan adalah Kepala (Caput), Antena, Mata, Mulut, Sayap, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, Ovipositor. Hewan ini termasuk dalam ordo Orthoptera, kecoa merupakan hewan pemakan atau perusak bahan simpanan.
Morfologi Kecoa (Periplaneta) dapat disimpulkan terdiri dari caput, antena, mata, abdomen, sayap, tungkai depan, dan belakang. Kecoa merupakan salah satu dari contoh spesies ordo Orthoptera. Tipe alat mulut kecoa yaitu menggigit dan mengunyah. Tipe mertamofisis Pauro Metabola (telur, nimfa, imago), ukuran tubuh sedang-besar dan antenanya pendek-panjang ada yang melebihi panjang tubuh.(Anonim, 2010)
Morfologi kupu-kupu (Papilio sp.) berdasarkan hasil pengamatan adalah Kepala (Caput), Mata, Antena, abdomen, sayap, tungkai , ovipositor. Hewan ini masuk dalam ordo Lepidoptera mempunyai ukuran tubuh agak besar, kadang-kadang kecil atau sangat besar. Kupu-kupu lebih banyak menguntungkan karena membantu proses pembuahan namun pada fase larva hewan ini sangat merugikan karena memakan daun tanaman budidaya.
Morfologi kumbang helm (Coccinella arcuta) berdasarkn hasil pengamatan adalah Kepala (Caput), Antena, mata, sayap, Tungkai depan, Ovipositor. Hewan ini masuk dalam ordo Coleoptera yang sayap depannya menebal, sayap belakang membranus dan melipat dibawah sayap depan, bentuk tubuh bulat, oval, oval memanjang, oval melebar, ramping menyamping dan pipih.
Kumbang helem (Coccinella arcuta F.) memiliki bentuk bulat kecil dengan warna kuning kemerahan dengan bercak berwarna hitam. Terdiri dari kepala (caput). Antenna, dada (thoraks), kaki dan perut (abdomen). menyerang tanaman terung yaitu pada bagian daun terlihat berlubang pada bagian tengah. Kumbang helem (Coccinella arcuta F.) disebut juga lembing memiliki bentuk tubuh bulat, berwarna merah dengan bercak hitam pada bagian belakang (Rio Ardi, 2009).
Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) berdasarkan pengamatan memiliki morfologi yaitu Kepala (Caput), Antena, Mata, mulut, sayap, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, Ovipositor hewan ini masuk kedalam ordo coleopteran, hewan ini merupakan hama yang sering merusak tanaman kelapa.
Bentuk kumbang kelapa dengan ukuran 20-40 mm warna hitam. Bagian kepala terdapat cula seperti badak. Panjang kumbang ± 5 cm-6 cm. merupakan serangga yang mengalami metamorphosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa dan imago (Saleh, 2008).
Larva kumbang kelapa (oryctes rhinoceros) berdasarkan pengamatan memiliki morfologi yaitu Caput, Alat mulut, Abdomen, Tungkai thoraks. Hewan ini berperan sebagai hama yang merusak dengan cara melubngi bagian-bagian tanaman kelapa.
Morfologi larva dewasa ukuran panjang 12 mm dengan kepala merah coklat. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan. Badan berbulu pendek dan bulu ekor tumbuh rapat. Sedangkan kumbang dewasa (imago) berukuran 3-5 cm, warna merah sawo, memiliki ciri morfologi seperti terdapat caput, antena, tanduk/ cula, mulut, mata, thoraks, tunkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap. Kumbang dewasa meninggalkan kokon pada malam hari dan terbang ke atas pohon kelapa (Pracaya, 2007).
Lalat buah (Dacus sp.) berdaskan pengamatan dapat diketahui memiliki morfologi yaitu Kepala (Caput), Mata, Tungkai depan, Tungkai tangah, Tungkai belakang, Sayap, abdomen dan ovipositor. Hewan ini termasuk dalam ordo dipteral.
Larva lalat buah Dacus sp. terdiri atas 3 instar berbentuk belatung/bulat panjang dengan salah satu ujungnya (kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3 ruas torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih susu atau putih keruh atau putih kekuningan. Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian pangkalnya, menjadi rusak, rontok dan menjadi busuk basah. Bila buah tersebut terbuka, di dalamnya akan terlihat adanya belatung yang merupakan larva dari lalat buah (Lena, 2009).
Undur-undur (Myrmeloen sp.) berdsarkan pengamatan diketahui memiliki morfologi yaitu Kepala (Caput), Mata, Alat mulut, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, abdomen dan ovipositor, hewan ini termasuk dalam ordo neuropteran atau serangga bersayap jala dengan cirri mulut mengigit dan sayap yang urat-uratnya berbentuk seperti jala.
Undur-undur memiliki penampilan yang sekilas mirip dengan capung karena sama-sama memiliki abdomennya panjang dan memiliki dua pasang sayaptransparan berurat pada thoraxnya. Ia bisa dibedakan dengan capung dengan melihat antenanya yang panjang dan ujungnya sedikit melengkung, ukurannya yang rata-rata lebih kecil, dan matanya yang terletak di sisi kepala serta berukuran lebih kecil dibandingkan mata capung. Undur-undur juga tidak bisa terbang secepat dan selincah capung karena ia pada dasarnya merupakan penerbang lemah. Undur-undur memiliki ukuran yang bervariasi. Jenis undur-undur terbesar di dunia diketahui berasal dari genus Palpares yang hidup di Afrika dan rentang sayapnya mencapai 16 cm. Spesies yang terkecil berasal dari wilayah Arabia dan rentang sayapnya hanya sekitar 2 cm. Mayoritas undur-undur sendiri umumnya berukuran antara 4-10 cm (Wikipedia, 2010)
Kutu putih (Aphis gossypi) berdasarkan pengamatan memiliki morfologi yaitu Kepala (Caput), Mata, Abdomen, tungkai, ovipositor. hewan ini termasuk dalam ordo homoptera yang umumnya memiliki 2 pasang sayap dan pada bagian kepala dijumpai adanya antenna dan mata facet.
Ciri morfologi kutu putih (Aphis gossypi.) seluruh tubuh tertutup oleh lilin termasuk tonjolan pendek yang terdapat pada tubuhnya. Kutu berwarna cokelat kemerahan, berukuran kecil, panjang mencapai 1,5-2 mm, terdiri dari caput, abdomen, kaki semu dan kaki toraksial. Dapat memproduksi embun madu sehingga menarik bagi semut untuk berkumpul (Pracaya, 2007).
Kutu busuk (Cimex rotundus) berdasarkan pengamatan memiliki ciri morfologi yaitu Kepala (Caput), Antenna , Mulut, Tungkai, Abdomen. Hewan ini masuk kedalam ordo homoptera sama seperti kutu putih.
Kutu Busuk atau Bed bug, (Cimex rotundus), adalah serangga yang amat mengganggu manusia karena menghisap darah (umumnya di tempat tidur, kursi atau sofa). Darah diperlukan untuk kehidupan kutu busuk sejak menetas, menjadi nimfa, berganti kulit beberapa kali (setiap berganti kulit harus menghisap darah) dan menjadi dewasa. Setiap ekor kutu busuk betina akan bertelur sekitar 200 butir (3-4 butir telur setiap harinya). Dalam 5 bulan kutu busuk mencapai dewasa (dengan ukuran 6-10 mm) dan dapat hidup sampai 10 bulan. (Intan Ahmad).
Larva kupu-kupu (Papilio sp.) berdasarkan pengamatan yang dilakukan memiliki morfologi yaitu Kepala (Caput), Antenna, Mata, Abdeomen, Tungkai semu dan ovipositor, hewan ini termasuk dalam ordo
Nyamuk (Anhopeles sp.) berdsarkan pengamatan yang dilakukan memiliki cirri morfologi yaitu Kepala (Caput), sayap, mata, abdomen, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakangdan ovipositor, hewan ini masuk kedalam ordo diptera
Nyamuk memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang. (Anonim, Tanpa Tahun)
Lebah (Apis sp.) berdasarkan pengamatan dketahui memilki morflogi sebagai berikut Kepala (Caput), Antena, Sayap, Mata, Abdomen, Ovipositor, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang. Hewan ini masuk kedalam ordo hymenoptera atau bangsa tawon.
Semut (Selopsis geminate) dari hasil pengamatan diketahui memilki morfologi yaitu Kepala (Caput), Antena, Mata, Abdomen, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang dan Ovipositor. hewan ini termasuk dalam ordo Hymenoptera.
4.2.2 Pengenalan hama pada tanaman utama
Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) berdasarkan pengamatan diketahui memilki ciri morfologi yaitu Kepala (Caput), Mulut, Mata, Dada, Abdomen, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belkang, Ovipositor.
Pada fase imago, kumbang Oryctes rhynoceros berwarna gelap sampai hitam sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus. Pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas di belakang kepala. Gejala serangan yang ditimbulkannya yaitu bekas gigitannya pada daun seperti bekas guntingan (Anonim, 2009).
Dari hasil pengamatan, gejala serangan kumbang kelapa dapat terlihat pada bentuk daun kelapa yang seperti digunting-gunting, serangga ini memakan daun kelapa sehingga lama kelamaan kelapa akan mati.
Gejala serangan kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) kumbang dewasa menggerek pucuk kelapa dengan maksud mencari bagian yang lunak dan mengandung air. Daun pucuk bekas gerekan kumbang (Oryctes rhinoceros) tampak terpotong bagaikan digunting segitiga. Bila sampai merusak titik tumbuh maka kelapa tidak dapat membentuk daun baru lagi, dan akhirnya mati. (Anonim, 2009).
Morfologi larva kumbang kelapa berdasarkan hasil pengamatan yaitu meiliki Kepala (Caput), Mata, Mulut, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, Abdomen, dan Ovipositor.
Gejala serangan larva kumbang kelapa yaitu melubangi batang pohon kelapa yang lunak sebagai tempat tinggalnya, hal ini akan berakibat buruk pada pertumbuhan tanaman dan akhirnya tanaman akan mati.
Walang sangit (Leptocorixa acuta) berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa morfologinya yaitu Kepala (Caput), Antena, Mata, Sayap, Abdomen, Oviposito, Tungkai depan, Tungki tengah dan Tungkai belakang. Gejala serangan pada tanaman padi, hewan ini menyerang bulir padi memakan ata menghisap bulir yang masih muda hingga tidak berisi lagi.
Walang sangit (Leptocorixa acuta) termasuk salah satu ordo Hemiptera yang mempunyai ciri-ciri yaitu memiliki caput, thorax, abdomen, sayap dan mulut yang berfungsi untuk mengisap tanaman dan sering dijumpai pada tanaman padi di malam hari. Biasa meyerang bulir padi hingga bulir tersebut menjadi kosong (hampa) (Suhardiman, 1999).
Kepik hijau (Nezara viridula) berdasarkan pengamatan diketahui memilki morfologi yaitu Kepala (Caput), Antena, Sayap, Mata, Abdomen, Ovipositor. gejala serangan kepik hijau mengigit dan merobek daun tanaman padi sehingga terlihat bekas gigitan ditepi daun.
Kepik hijau memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli.(Anonim, 2010)
Penggerek buah kako (Conopomorpha cramerella) berdasarkan pengamatan diketahui memilki morfologi yaitu Kepala (Caput), Mulut, Mata, Abdomen, Tungkai semu, Ovipositor. gejala serangan yaitu menyerang buah kakao dan menyebabkan kerusakan pada biji sebelum matang.
Serangan penggerek buah kakao pada buah mengakibatkan biji gagal berkembang. Biji di dalam buah akan saling melekat. Buah muda yang terserang penggerek buah kakao mengalami perubahan warna sebelum matang. Serangan penggerek buah kakao mengakibatkan persentase biji cacat meningkat sehingga biaya permanennya pun bertambah. Kulit buah yang terserang akan sangat mudah terserang jamur. Bila buah matang terserang penggerek buah kakao maka tanda awal yang dapat kita identifikasi adalah dengan mengguncang buah. Biji-biji tidak akan berbunyi pada waktu diguncang karenma sudah saling melekat (Anonim, 2009).
Ulat daun bawang (spodoptra exigua) berdasarkan pengamatan diketahui bahwa morfologi ulat daun kubis terdiri dari Kepala (Caput), Mata, Kaki semu, Abdomen, Ovipositor. gejala serangan ulat daun bawang yaitu terlihat adanya bekas gerekan pada daun dan tanaman menjadi layu.
Spodoptera exigua gejala serangan terlihat pada daun. Ulat kecil (larva muda) akan bergerombol pada sisi bagian bawah daun. Ulat-ulat kecil ini mulai memakan daging daun dan meninggalkan lapisan terluar dari daun (epidermis) yang berupa lapisan tipis berwarna putih tembus pandang. Sedangkan ulat yang besar (larva dewasa) dapat memakan urat-urat daun sehingga daun akan berlubang-lubang. Hama biasanya menyeerang tanaman pada malam hari (Anonim, 2009).
Ulat daun kubis (Plutella xylostella) berdasarkan pengamatan diketahui bahwa ulat daun kubis memiliki cirri morfologi Kepala (Caput), Mata, Dada, Abdomen, Tungkai semu dan Ovipositor. dengan gejala serangan terdapat bekas gigitan berlubang-lubang pada daun dan terdapat bekas gerekan.
Larva Plutella xylostella memiliki tipe alat mulut penggigit, tidak mempunyai garis membujur pada tubuhnya. Ukuran larva instar keempat 10-12 mm. Kepala berwarna kuning muda terdapat bintik-bintik gelap. Tubuhnya berwarna hijau muda terdapat bulu hitam tipis. Gejala serangannya yaitu berlubang-lubang kecil. Apabila tingkat populasi larva tinggi, maka seluruh daun akan dimakan dan hanya tulang daun yang ditinggalkan (Sari, 2009).
Ulat grayak (Spodoptera litura) berdasarkan pengamatan diketahui behwa cirri morflogi terdiri dari Kepala (Caput), Mata, Dada, Abdomen, Tungkai semu, Ovipositor dengan gejala serangan pada daun terdapat bekas gigtan yang bentuknya berlubang-lubang dan terdapat bekas kotoran hewan ini.
Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp.) berdasarkan pengamatan diketahui bahwa morfologi pengisap buah kakao yaitu terdiri dari Kepala (Caput), Antena, Mata, Tungkai semu, Abdome dan Oviposito dengan gejala serangan yaitu bercak coklat kehitaman yang relative kecil.
Wereng coklat (Nilaparvata lugens) berdasarkan pengamatan diketahui bahwa morfologinya terdiri dari Kepala (Caput), Antena, Mulut, Mata, Abdomen, Tungkai dan Ovipositor dengan gejala serangan merupakan kelayuan dan kekeringan pada batang serta bulir padi menjadi kosong tidak berisi.
Imago Pada imago wereng coklat terjadi dimorfisme yaitu terdapatnya dua bentuk imago; makroptera (bentuk yang bersayap panjang) dan brakhiptera (bentuk yang bersayap pendek).Makroptera berfungsi untuk melakukan pemencaran kalau populasi sudah padat atau kalau tanaman tua sehingga sumber makanan tidak tersedia lagi. Panjang tubuh imago jantan 2-3 mm sedangkan yang betina 3-4 mm. Imago betina mempunyai abdomen yang lebih gemuk daripada imago jantan. Warna tubuh seluruhnya coklat kekuningan sampai coklat tua. Seekor imago betina dalam masa hidupnya selama 10-24 hari mampu meletakkan telur sebanyak 300-350 butir (Puput, 2011)
Serangan mulai dari persemaian sampai waktu panen. Nimfa dan imago mengisap cairan tanaman pada bagian pangkal batang padi. Gejala kerusakan yang terlihat pada tanaman berupa kelayuan dan mengeringnya daun mulai dari daun tua kemudian meluas dengan cepat ke seluruh bagian tanaman sehingga tanaman mati (Puput, 2011).
4.2.3 Pengenalan hama pada tempat penyimpanan
Morfologi dari Sitophilus oryzae terdiri dari caput, moncong, mata, antenna, thorax, tungkai, sayap dan abdomen. Gejala serangan yang ditimbulkan dari hama ini adalah beras menjadi mudah pecah dan hancur seperti tepung dan juga terdapat lubang kecil pada beras.
Kumbang beras atau yang lebih dikena dengan kutu beras memiliki ciri morfologi yaitu Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. (Naynienay, 2008).
Pengendalian hama kumbang beras ini adalah melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan (Anonim, 2010).
Morfologi kumbang jagung (Sithopilus zeamays) dari hasil pengamatan adalah Kepala (Caput), Antena, mulut, Mata, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, Abdomen, Ovipositor dengan gejala serangan Kumbang jagung memakan dan melubangi jagung simpanan.
Morfologi kumbang jagung memiliki ciri panjangnya 2,5–4,5 mm, berwarna coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak
kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan. Dua bercak pada sayap sebelah kiri dan dua bercak sebelah kanan. Panjangnya tubuh kumbang dewasa kurang lebih 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Anonim, 2009).
Pada kumbang jagung Serangan di lapang dapat terjadi jika tongkol terbuka. Pengelola tanaman untuk meminimalkan serangan hama, terutama penggerek batang dan penggerek tongkol, dapat mengurangi serangan kumbang bubuk di lapang. Tanaman yang kekeringan dan dengan pemberian pupuk dengan takaran rendah mudah terinfeksi busuk tongkol, sehingga mudah pula terserang hama kumbang bubuk. Panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis yang ditandai oleh adanya lapisan hitam pada ujung biji bagian dalam dapat mengurangi serangan kumbang bubuk. Panen yang tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan (Tandiabang, 2002).
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) berdasarkan hasil pengamatan memiliki cirri morfologi yaitu Kepala (Caput), Antena, Mulut, Mata, Abdomen, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang, Ovipositor dengan gejala serangan dapat terlihat dari adanya lubang-lubang pada kopra, warnanya menjadi hitam dan berbau busuk.
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memiliki antena, kepala (caput), mata majemuk, abdomen, thoraks, tungkai belakang, tungkai depan, dan sepasang sayap (Hidayat, 2009).
Pengendalian pada kumbang kopra (Necrobia rufipes) untuk penyimpanan pada gudang yaitu dilakukan dengan menggunakan pengasapan (fumigasi), atau dengan membersihkan (sanitasi) gudang tempat penyimpangan, sedangkan cara pengendalian untuk tanaman yang sedang proses pertumbuhan biasanya menggunakan organisme hidup seperti parasit, predator, patogen, sebagai musuh, ada pula cara mekanis dengan mematikan dengan tangan atau alat, menghalau dengan tirai (tanaman sebagai tirai atau benda lain sebagai tirai, seperti plastik) (Naynienay, 2008)
Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis L.) berdasarkan pengamatan memiliki cirri morfologi yaitu Kepala (Caput), Antena, Mata, Mulut, Abdomen, Tungkai depan, Tungkai tengah, Tungkai elakang, Ovipositor dengan gejala serangan terdapat lubang pada kacang hijau dan kacang hijau yang terserang hama ini.
Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis L.) memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil dan berwarna coklat kehitaman, memiliki sayap yang coklat kekuning-kuningan, panjang tubuhnya sekitar 5-6 mm. Memiliki caput, mata, alat mulut, tungkai, femur, tibia, tersus, thorax, abdomen, sayap belakang tipis seperti membran (selaput), pada saat istirahat sayap itu seperti terlipat (Hidayat, 2009).
Pengendalian terhadap hama kumbang kacang hijau dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam) (Naynienay, 2008).
Kumbang tepung (Trobolium sp.) berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa morfologinya adalah Kepala (Caput), Antena, Mata, Abdomen, Sayap, Tungai depan, Tungkai tengah, Tungkai belakang dan Ovipositor dengan gejala serangan bahan simpanan menjadi berwarna kekuning-kuningnya dan padat, serta berbau tak sedap.
Kumbang tepung memiliki morfologi yaitu anggota dari suku ini biasanya berwarna merah coklat sampai hitam, hidup pada bahan tepung, hingga larva anggota suku suku tersebut dikenal dengan ulat tepung atau meal worm. Hama ini kumbang betinanya meletakkan telur di dalam tepung. Produksi telur mencapai 4500 butir. Larva bergerak aktif dengan ketiga pasang tungkainya. Selama masa pertumbuhannya larva mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali. Panjang larva 8-11 mm. Menjelang masa berkepompong larva akan naik ke permukaan tanpa membentuk kokon. Daur hidup sekitar 5-6 minggu (Anonim, 2009).
Pengendalian serangan dari kumbang tepung yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan adalah melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi terhadap produk pasca penen dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia (Anonim, 2010).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada praktikum Pengenalan Serangga Hama, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
- Terdapat delapan ordo pada serangga hama yaitu : Ordo Orthoptera (bangsa belalang), Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding, Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya), Ordo Coleoptera (bangsa kumbang),Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat), Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng), Ordo Araneida, dan Ordo Rodentia.
- Pengendalian hama dengan cara menggunakan musuh alami lebih efektif dan dapat menjaga ekosistem agar tetap stabil dibandingkan dengan menggunakan pestisida..
- Hama, serangga memiliki tiga bagian tubuh yang utama yaitu kepala (Caput), dada (Thorax), dan perut (Abdomen). Hama serangga terdiri dari Ordo Orthoptera, Ordo Homoptera, Ordo Hymeptera, Ordo Lepidoptera, Coleoptera, Ordo Ordonata, Ordo Arachnida, Ordo Rodentia.
- Serangga hama yang menyerang tanaman perkebunan yaitu kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros), belalang pedang (Sexava sp.), dan larva kumbang kelapa. Sedangkan serangga hama yang menyerang tanaman hortikultura yaitu ulat grayak (Spodoptera litura F.), ulat daun bawang merah (Spodoptera exigua), ulat daun kubis (Plutella xylostela), ulat Helicoverpa armigera, kutu putih Aphys gossypii dan Pseudococus sp. Bagian tubuh serangga umumnya terbagi atas tiga bagian, yaitu caput, thorax dan abdomen.
- Serangga hama yang menyerang tanaman perkebunan dan hortikultura memiliki morfologi seperti kepala, mata, badan, perut, dada, antena, kaki semu, kaki toraksial, dan tungkai. Gejala serangan pada tanaman yang diserang pada umumnya akan menimbulkan penurunan produktifitas sehingga menyebabkan kerugian yang besar.
5.2 Saran
Fasilitas di dalam laboratorium sebaiknya lebih dilengkapi agar praktikum dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
- PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selain hama, yang menjadi masalah utama dan pembudidayaan tanaman adalah penyakit tanaman. Penyakit tanaman merupakan gangguan dimana bagian-bagian tertentu dari tumbuhan tidak dapat melakukan aktifitas fisiologisnya secara sempurna yang mengakibatkan kerusakan pada tanaman dan kerugian secera fisik dan ekonomis, oleh karena itu perlu adanya pengenalan penyakit padaa tanaman yang disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus agar dapat dilakukan penanggulangan yang tepat.
Salah satu penyebab penyakit pada tumbuhan adalah jamur atau cendawan, jamur adalah mahluk hidup bersel banyak yanh bersifat heterotrof dengan cara menyerap zat organic dilingkungan tempat hidupnya, jamur ada yang bersifat merugikan dan ada pula yang bersifat antagonis bagi patogen penyebab penyakit lainnya (Anonim, 2010).
Penyebab penyakit yang juga sering mengganggu tanaman adalah bakteri dan virus. Tanaman yang terserang bakteri dan virus biasanya disebabkan lingkungan yang kurang baik, factor pembawa bakteri dan virus, alat budidaya yang tidak steril serta tanaman yang daya tahannya kurang terhadap penyakit. Bakteri adalah mikro organisme yang menyebabkan penyakit dan meyerang melalui pembuluh angkut dan adapula yang menyerang pada daerah perakaran yang lunak yang menyebabkan pembusukan sedangkan virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi
sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri (Anonim, 2010).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum tentang pengenalan penyakit tumbuhan adalah untuk mengetahui ciri morfologi tanaman yang terserang, gejala serangan, siklus hidup, daur hidup, yang disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.
Kegunaan dari praktikum tentang pengenalan penyakit tumbuhan adalah agar mahsiswa dapat memahami dan membedakan ciri morfologi tanaman yang terserang, gejala serangan, siklus hidup, daur hidup, yang disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Penyakit yang Disebabkan Oleh Jamur
2.1.1 Klasifikasi
Busuk buah pada cabai disebabkan oleh cendawan Colletotrichum
capsici merupakan jamur yang termasuk ke dalam kingdom Fungi, filum Ascomycota, kelas Sordariomycetes, ordo Phyllachorales, family Phyllachoraceae, genus Colletotrichum, dan spesies Colletotrichum capsici (Anonim, 2009).
Busuk buah pada kakao disebabkan oleh cendawan Phytophthora Palmivora merupakan penyakit yang termasuk ke dalam kingdom Protista, filum Heterokontophyta, kelas Oomycetes, ordo Peronosporales, family Pythiaceae, genus Phytophthora, dan spesies Phytophthora palmivora (Anonim, 2009).
Penyakit layu pada tanaman tomat disebabkan oleh Fusarium
oxysporum merupakan jamur yang termasuk ke dalam kingdom Fungi, filum Ascomycota, kelas Sordariomycetes, ordo Hypocreales, family Nectriaceae, genus Fusarium, dan spesies Fusarium oxysporum (Anonim, 2009).
Penyakit layu pada tanaman pisang disebabkan oleh Fusarium
oxysporum merupakan jamur yang termasuk ke dalam kingdom Fungi, filum Ascomycota, kelas Sordariomycetes, ordo Hypocreales, family Nectriaceae, genus Fusarium, dan spesies Fusarium oxysporum (Anonim, 2009).
2.1.2 Morfologi
Morfologi penyakit Colletotrichum capsici yaitu mempunyai banyak aservulus, tersebar di bawah kutikula atau pada permukaan, berwarna hitam dengan banyak seta. Seta berwarna coklat tua, bersekat, halus dan meruncing ke atas. Konidium berwarna hialin, berbentuk tabung (silindris), ujung-ujungnya tumpul atau bengkok seperti sabit (Anonim, 2004).
Phytophthora merupakan marga yang memiliki sporangium yang jelas berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium ini tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan zoospora-nya. Zoospora berenang-renang kemudian membentuk kista pada permukaan tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa yang pipih yang masuk ke dalam jaringan inang (Gregor, 1984). Pada perkecambahan secara tidak langsung diferensiasi zoospora terjadi di dalam sporangium. Cendawan P. palmivora merupakan cendawan yang mempunyai miselium yang menghasilkan oospora dan zoosporangium. Zoospora mempunyai bulu cambuk. Spora seksual (oospora) dihasilkan oleh penyatu gamet yang berbeda secara morfologi (Agrios, 1996). Zoosporangium dihasilkan sepanjang hifa somatik atau pada ujung hifa dan seperangkat hifa bebas. Sporangium berukuran 36 - 80 x 26 - 40 (av 57 x 34) mikron. Oogonium berkisar 26 - 36 dan 22 - 32 mikron. Klamidospora siap dibentuk yang memiliki ukuran 32 - 48 mikron (anaf, 2009).
Fusarium oxyporum penyebab layu fusarium memiliki morfologi yaitu Bagian vegetatif jamur pada umumnya berupa benang-benang halus memanjang, bersekat (septa) aatau tidak, disebut hifa. Kumpulan benang-benang hifa disebut miselium. Hifa bercabang-cabang atau tidak, tebalnya 0,5-100 μm. Demikian pula pada seluruh miselium mungkin hanya mempunyai beberpa μm, tetapi dapat pula membentuk lapisan atau benang-benang besar yang panjangnya bermeter-meter (anaf, 2009).
2.1.3 Gejala serangan
Serangan penyakit Colletotrichum capsici menyebabkan buah cabai (Capsicum annum) membusuk. Gejala awal serangan ditandai dengan terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah, kemudian meluas menjadi busuk-lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang merupakan kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang berat menyebabkan buah cabai mengkerut dan mengering menyerupai "mummi" dengan warna buah seperti jerami (Kebunwhy, 2009).
Pada buah kakao Infeksi Phytophtora palmivora pada buah menunjukkan gejala bercak berwarna kelabu kehitaman. Biasanya bercak tersebut terdapat pada ujung buah. Bercak mengandung air yang kemudian berkembang sehingga menunjukkan warna hitam. Bagian buah menjadi busuk dan biji pun turut membusuk. Pembentukan spora terlihat dengan adanya warna putih di atas bercak hitam yang telah meluas. Pada temperatur 27,5 sampai 30o C pertumbuhan spora ini sangat cepat. Infeksi Phytophtora palmivora dicirikan dengan adanya bercak berwarna coklat yang mulai dari bagian mana saja. Jaringan yang tidak terinfeksi tampak jelas dan dibatasi oleh permukaan kasar, tetapi bercak dapat berkembang dengan cepat dan seringkali menampakkan pembusukan yang menyeluruh dan berwarna hitam. Pertumbuhan cendawan pada bagian-bagian luar kakao lebih cepat, tetapi infeksi yang menyeluruh dapat menyebabkan kerusakan pada biji. Busuk buah dapat ditemukan pada semua tingkatan buah, sejak buah masih kecil sampai menjelang masak warna buah berubah, umumnya mulai ujung buah atau dekat dengan tangkai kemudian meluas keseluruh permukaan buah dan akhirnya buah menjadi hitam. Pada permukaan buah yang sakit dan menjadi hitam tadi timbul lapisan berwarna putih tepung yang merupakan cendawan sekunder yang banyak membentuk spora. Pada permukaan buah juga banyak ditemukan sporangiofor dan sporangium cendawan (Anafzhu, 2009).
Gejala serangan layu fusarium pada tomat. Gejala awal tulang-tulang daun sebelah atas menjadi pucat, tangkai daun merunduk dan tanaman menjadi layu. Tanaman biasanya layu mulai dari daun bagian bawah dan anak tulang daun menguning. Bila infeksi berkembang, tanaman menjadi layu dalam 2 – 3 hari setelah infeksi. Jika tanaman sakit dipotong dekat pangkal batang akan terlihat gejala cincin coklat dari berkas pembuluh.Warna jaringan akar dan batang menjadi coklat. Tempat luka infeksi tertutup hifa yang berwarna putih seperti kapas. Pada tanaman muda, penyakit dapat menyebabkan tanaman mati secara mendadak, karena kanker yang melingkar pada pangkal batang. Bila serangan terjadi pada saat pertumbuhan tanaman sudah maksimum, maka tanaman masih dapat menghasilkan buah. Namun bila serangan sudah sampai pada batang, maka buah kecil akan gugur (Anonim, 2009).
Serangan penyakit Fusarium oxysporum pada tanaman pisang (Musa paradisiacal), gejala awal adalah menguningnya daun tua yang diikuti diskolorisasi pembuluh pada daun tertular. Perubahan warna semakin hebat terjadi pada stadium lanjut dan bila pseudostem terinfeksi dipotong akan terlihat jaringan sakit lebih keras dibanding jaringan sehat. Gejala lain adalah perubahan bentuk dan ukuran ruas daun yang baru muncul lebih pendek serta perubahan warna pada bonggol (Anonim, 2004).
2.1.4 Daur hidup jamur penyakit
Penyebab penyakit busuk buah pada tomat Colletotrichum capsici memiliki daur hidup yang sangat sederhana, cendawan ini mampu bertahan lama dalam tanah serta menginfeksi melalui luka-luka pada daerah pembulu tanaman dan adapula yang mampu bertahan pada sisa sisa tanaman yang sakit atau terserang (anonim, 2009).
Busuk buah kako yang disebabkan cendawan Phytophtora palmivora, cendawan ini memiliki daur hidup yaitu mampu bertahan lama dalam tanah dan menyerang melalui akar menginfeksi seluruh tubuh tumbuhan dan mengakibatkan pembusukan pada buah dan ada pula cendawan yang terbawa oleh biji sehingga menjadi awal pertumbuhan cendawan penyebab penyakit (Anonim, 2009).
Daur hidup penyebab penyakit layu fusarium pada tomat (Fusarium oxyforum) adalah Jamur mengadakan infeksi pada akar, terutama melalui luka-luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh.Pengankutan air dan hara terganggu menyebabkan tanaman menjadi layu.Jamur menghasilkan likomarasmin menghambat permeabilitas membram plasma.Sesudah jaringan pembuluh mati, pada waktu udara lembab jamur akan membentuk spora yang berwarna ungu pada akar yang terinfeksi.Jamur dapat memakai bermacam luka untuk jalan infeksi.Jamur dapat tersebar karena pengangkutan bibit, tanah yang terbawa angin atau air, atau oleh alat pertanian (Anonim, 2009).
Penyebab penyakit layu fusarium pada pisang memiliki daur hidup yaitu jamur mengadakan infeksi melalui luka, termasuk luka karena nematoda.Bakteri dan namatoda berinteraksi sinergistik Bakteri dapat bertahan pada banyak tanaman pertanian (ex. Tembakau, cabai,kentang,dan kacang-kacangan).Pupuk kandang yang baru (belum masak) dapat membawa bakteri ke lading (Anonim, 2010)
2.1.5 Siklus hidup penyakit
Perkembangan Colletotrichum capsici dapat didukung pada lahan yang mempunyai drainase yang baik, yaitu pada kisaran suhu 30 oC. Jamur ini menyerang pada buah yang lebih muda dari pada yang mengkal (setengah matang). Colletotrichum capsici membuat buah muda cepat gugur karena karena infeksinya (Anonim, 2009).
Phytophthora palmivora berkembang pada temperature dan kelembaban udara tertentu. Jamur ini dapat berkembang biak dengan cara seksual dan aseksual. Secara aseksual membentuk sporangium pada keadaan lingkungan yang sesuai, lembab dan
suhu berkisar antara 25 oC, sporangium yang telah masak dapat langsung berkecambah membentuk tabung kecambah atau membentuk zoospore yang berflagella sehingga dapat bergerak (Anonim, 2009).
Siklus hidup Fusarium oxysporum yang menyerang tanaman tomat (Licopersicum esculentum) yaitu dengan cara mulai menginfeksi tanaman dari biji yang sudah terkontaminasi atau pencangkikan tanaman yang sudah terinfeksi oleh Fusarium oxysporum. Jamur ini akan bertahan bertahun-tahun dalam tanah denganm hanya sekali menginfeksi. Perkembangannya sangat cepat pada lahan yang suhunya lembab. Fusarium oxysporum menular pada tanaman melaui system serabut akar dan mengganggu proses pengangkutan air dan mineral pada tanaman (Anonim, 2009).
Siklus hidup Fusarium oxysporum yang menyerang tanaman pisang (Musa sp.) dapat lebih lama di dalam tanah bekas akar tanaman yang telah mati. Penyakit ini bertahan di dalam tanah untuk jangka waktu yang lama dan isa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melaui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini (Anonim, 2009).
2.2 Pengenalan Penyakit yang Disebabkan Oleh Virus dan Bakteri
2.2.1 Blood disease bacterium (BDB)
Daur hidup dari Blood Disease Bacterium yaitu penularan penyakit dapat terjadi melalui bibit, tanah, air irigasi, alat-alat pertanian dan serangga serta dapat bertahan paling singkat 1 tahun dalam tanah tanpa kehilangan virulensinya. Penyakit ini mengadakan infeksi melalui akar-akar dan adanya luka-luka yang parah pada bagian akar, akan meningkatkan infeksi penyakit tersebut. Setelah masuk kedalam
akar akan berkembang sepanjang akar menuju ke batang dan jamur akan meluas dalam jaringan pembuluh sebelum masuk ke dalam batang palsu. Pada tingkat infeksi yang lanjut, miselium dapat meluas dari jaringan pembuluh ke parenkim.
Perkembangan penyakit di lapang terutama dipengaruhi oleh adanya sumber inokulum, persen tanaman yang memasuki fase generatif dan populasi serangga penggerek bonggol dan batang. Penyebaran penyakit darah pada suatu wilayah juga sangat ditentukan oleh aktivitas petani dalam memelihara tanaman, serta aktivitas pedagang ketika melakukan panen buah dan bunga pisang. Penggunaan alat yang sama untuk pemeliharaan tanaman dari satu tanaman ke tanaman yang lain dan untuk panen dari satu kebun ke kebun yang lain merupakan satu cara penularan dan penyebaran penyakit yang sangat efektif dan cepat. Kebanyakan dari mereka tidak menyadari bahwa dengan aktivitas pemeliharaan tersebut justru menjadi fasilitator bagi penularan (Kumoro, 2008).
2.2.2 Pseudomonas solanacearum
Gejala serangan penyakit layu bakteri pada tanaman tomat ditandai dengan adanya daun yang layu dimulai dengan daun yang muda atau pucuk kemudian berlanjut pada seluruh bagian tanaman. Serangan ini biasanya mulai nampak pada waktu tanaman umur 6 minggu. Jika tanaman di cabut kemudian batangnya dipotong akan terlihat berkas pembuluh berwarna coklat dan apa bila ditekan dari lingkaran berkas pembuluh akan keluar massa bakteri yang berwarna ke abu-abuan . Massa bakteri akan terlihat lebih jelas lagi apabila potongan batang tersebut dimasukan dalam air jernih dimana setelah batang tersebut dimasukkan beberapa menit kemudian akan terlihat benang-benang putih halus yang keluar dan bila digoyangkan benang tersebut akan putus. Benang-benang putih tersebut merupakan massa bakteri (Tanindo, 2008).
Daur hidup bakteri Pseudomonas solanacearum yaitu menginfeksi tanaman melalui akar, batang yang luka atau melalui stomata. Bakteri ini menyerang tanaman dari family Solanaceae seperti tomat, kentang, tembakau, terung dan kacang tanah. Perkembangbiakan bakteri ini sangat cocok pada suhu 24-27°C dengan kelembaban udara yang tinggi di musim hujan. Bakteri ini juga sangat suka dengan kondisi air tergenang. Penyebaran bakteri Pseudomonas solanacearum dapat melalui aliran irigasi, percikan air hujan, pemindahan tanaman yang sakit, serangga, angin, alat budidaya dan biji yang telah terinfeksi (Agromedia, 2007).
Pengendalian penyakit layu pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum yaitu tanaman yang telah terserang segera dicabut dan dibakar. Tanaman yang sakit tidak boleh dipendam di areal pertanaman kentang atau tomat. Menanam varietas tanaman yang resisten. Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman lain yang beda family. Tanah yang telah dicangkul dibiarkan beberapa waktu agar terkena sinar matahari. (Nuryani, 2005)
2.2.3 Peanut mottle virus (PMoV)
Morfologi dari Peanut Mottle Virus (PMoV) berbentuk batang lentur yang terbanyak mempunyai panjang 700-750 nm. Di dalam irisan tipis daun, virus mempunyai panjang 750-800 nm. Dalam sitoplasma sel-sel daging daun (mesofil) terdapat badan-badan asing berbentuk cakra (pinwheel inclusion) yang melingkar, berkeping-keping dan di dekatnya terdapat zarah-zarah virus (Anonim, 2009).
PMoV (Peanut Mottle Virus) memiliki daur hidup yaitu virus ini dapat ditularkan secara mekanik oleh kutu-kutu daun dan oleh biji tanaman yang sakit. Satu sampai tiga ekor kutu telah cukup untuk menularkan penyakit. Bermacam-macam stadium dan umur kutu ini dapat menularkan virus. Dalam badan aphis virus hanya dapat bertahan kurang dari 24 jam. Kutu yang mengandung virus sudah dapat menularkan virus ke tanaman yang sehat jika dibiarkan mengisap selama tiga menit (Semangun, 2002).
Pengendalian
dari Peanut Mottle Virus (PMoV) dapat dilakukan dengan penanaman varietas kacang tanah yang tahan terhadap penyakit, mencabut dan membakar tanaman yang terserang penyakit, melakukan pergiliran tanaman. (Fachruddin, 2000).
2.2.4 Peanut Stripe Virus (PStV)
Gejala serangan Peanut Stripe Virus (PStV) Daun tanaman yang terinfeksi menunjukkan gejala bercak hijau atau bilur yang dikelilingi garis klorotik dan agak berkerut. Pada perkembangan lebih lanjut mun-cul gejala mosaik. Gejala lainnya adalah bercak tak beraturan (blotch) atau garis-garis klorotik pada daun, tergantung pada strain PStV (Peanut Stripe Virus) yang menyerang. Serangan PStV (Peanut Stripe Virus) dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan produksi kacang tanah menurun hingga 60% (Anonim, 2008).
Daur hidup Peanut Strip Virus (PStV) yaitu ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain oleh serangga sebagai vektor. Penyebarannya juga dapat terjadi melalui benih karena PStV termasuk seed born disease. Virus dapat ditularkan secara nonpersisten oleh Aphis craccivora, A. glycines dan Hysteroneura setariae. Selain bertahan dalam biji dari tanaman yang sakit, Peanut Strip Virus (PStV) dapat mengadakan infeksi sistemik pada kedelai, senting (Cassia occidentalis), bijan (Sesamum indicum), Trifolium incarnatum dan indigofera sp (Anonim, 2009).
Pengendalian Peanut Strip Virus (PStV) dapat dilakukan dengan menanam benih yang bebas dari virus yang diperoleh dari pertanaman yang sehat, menanam jenis tanaman yang tahan terhadap virus maupun kutu daun yang bertindak sebagai vector, melakukan penanaman lebih awal, mencabut tanaman dan membakar tanaman yang terkena penyakit, membersihkan gulma (Fachruddin, 2000).
2.2.5 Virus tungro
Gejala serangan penyakit virus tungro pada tanaman padi tergantung ketahanan tanaman dan umur tanaman sewaktu terinfeksi. Secara garis besar gejala-gejala tersebut adalah daun-daun menjadi berwarna kuning oranye atau jingga dan daun-daun muda yang baru keluar memendek dan menggulung, pertumbuhan tanaman terhambat atau kerdil, anakan berkurang, bila serangan telah terjadi, sejak di pesemaian atau pada tanaman muda yang berumur kurang dari satu bulan, bulir yang dihasilkan relatif lebih kecil, bahkan bila serangan berat, tanaman tidak menghasilkan bulir sama sekali, bila infeksi terjadi setelah tanaman berbunga atau berumur kira-kira 60 hari, hasil tanaman tidak berpengaruh (Anonim, 2009).
Daur hidup dari virus tungro yaitu tungro disebabkan oleh virus yang mempunyai dua macam zarah, yaitu yang berbentuk bola isometric (I) atau polyhedral dengan garis tengah 30 nm dan yang berbentuk batang atau seperti bakteri (bacilliform) (B) dengan ukuran 35 X 150 – 350 nm. Tanaman padi yang terkena gejala tungro yang berat mengandung zarah I dan zarah B, sedangkan tanaman yang terkena gejala tungro yang lemah mengandung zarah B (Suharta, 2008).
Pengendalian penyakit tungro dilakukan secara dini dengan menerapkan sistem pengendalian penyakit secara terpadu, yaitu eradikasi sumber infeksi (tanaman sakit, singgang, voluntir dan rumput-rumputan inang), penggunaan varietas tahan, budidaya tanaman sehat dan pengendalian serangga penular (Anonim, 2009).
III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Pelaksanaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman mengenai Pengenalan Penyakit yang Disebabkan Oleh Bakteri dan Virus, bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 17 Desember 2010, pada pukul 14.00 WITA sampai 17.30 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman mengenai Pengenalan Penyakit yang Disebabkan Oleh Bakteri dan Virus yaitu parang, plastik dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Penyakit Jamur adalah Tanaman kakao yang terserang (Phytophthora palmivora). Tanaman cabai yang terserang (Colletotrichum capsici), Tanaman pisang yang terserang (Fusarium oxyporum F, sp. cubence), Tanaman bawang merah yang terserang (Alternaria porri) dan Tanaman kakao yang terserang (Oncobasidium theobremae).
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman mengenai Pengenalan Penyakit yang Disebabkan Oleh Bakteri dan Virus adalah Tanaman Tomat yang terserang bakteri Pseduemonas solanacearum, Buah Pisang dan Batang Pisang yang terserang bakteri Blood Disease Bacterium (BDB), Tanaman Kacang Tanah yang terserang virus Peanut Mottle Virus (PMoV), Tanaman Kacang Tanah yang terserang virus Peanut Stripe Virus (PStV) dan Tanaman Padi yang terserang virus Tungro.
3.3 Cara Kerja
Cara kerja dalam Praktikum tentang Pengenalan Penyakit Jamur, baketeri dan virus yaitu langkah pertama yang kita lakukan adalah menyiapkan bahan/specimen tanaman yang menunjukkan gejala serangan penyakit, lalu ambil dan amati tanaman tersebut yang terkena gejala penyakit jamur. Kemudian tulis gejala apa saja yang diperoleh dari specimen yang diamati serta berikan penjelasan terhadap gambar tanaman berserta gejalanya masing-masing.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
- Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari pengamatan praktikum modul Pengenalan Penyakit Pada Tumbuhan Disebabkan Oleh Jamur.
Keterangan :
- Ranting daun sekilas terlihat layu
- Terlihat Adanya bercak-bercak berwarna coklat kehitam-hitaman pada buah (membusuk)
- Terlihat Adanya bercak-bercak berwarna coklat kehitam-hitaman pada buah (membusuk)
Gambar 46. Morfologi Buah Cabai (Capsicum annum) yang Terserang
Colletotrichum capsici.
Keterangan :
- Adanya bercak-bercak hitam pada daun.
- Daunnya terlihat layu
Gambar 47. Morfologi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang Terserang Fusarium oxysporum
Keterangan :
1. Sebagian buah terlihat berwarna kehitaman dan membusuk
Gambar 48. Morfologi Buah Kakao (Theobroma cacao) yang Terserang
Phytophthora palmivora.
Keterangan :
- Pada bagian dalam buah terlihat banyak bercak coklat kehitam-hitaman
- Daging buah menjadi berlendir dan membusuk
Gambar 49. Morfologi Bagian Dalam Buah Kakao (Theobroma cacao) yang Terserang Phytophthora palmivora.
Keterangan :
- Pada bagian dalam rongga batang berwarna coklat kehitaman dan membusuk
- Pada bagian dalam tepi batang berwarna kemerah-merahan
Gambar 50. Morfologi Tanaman Pisang (Musa sp) yang Terserang
Fusarium oxysporum.
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi pada Pengamatan Penyakit Tumbuhan yang Disebabkan Oleh Bakteri dan Virus, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Keterangan :
- Daging buah keras dan berwarna cokelat kehitaman
- Terdapat warna
kemerahan seperti
darah
Gambar 51. Morfologi Buah Pisang (Musa paradisiaca L.)
yang Terserang oleh
Blood Disease Bacterium (BDB).
Keterangan :
- Berwarna kecokelatan pada bagian tengah dan bagian luar
Gambar 52. Morfologi Empulur Batang Pisang (Musa paradisiaca L.)
yang Terserang oleh Blood Disease Bacterium (BDB).
Keterangan :
- Daun yang layu
- Buah tomat yang kecil dan keriput
- Pangkal batangberlendir saat dipotong
Gambar 53. Morfologi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang Terserang
Bakteri Pseudomonas solanacearum.
Keterangan :
- Bercak kecil hitam kecokelatan yang dilingkari oleh warna kuning seperti halo.
Gambar 54. Morfologi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae) yang
Terserang Peanut Mottle Virus (PMoV).
Keterangan :
Daun berbentuk garis /strip berwarna putih kekuningan
Gambar 55. Morfologi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae) yang Terserang Peanut Strip Virus (PStV).
Keterangan :
- Tanaman kerdil
- Daun padi menguning
Gambar 56. Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa) yang terserang Virus Tungro
- Pembahasan
3.2.1 Pengenalan penyakit yang disebabkan oleh jamur
Hasil pengamatan pada tanaman cabai (Capsicum annum) yang terserang Colletotrichum capsici mempunyai gejala pada buah terdapat bercak dengan warna hitam kecoklatan, pada ujung buah membusuk dan mengkerut.
Jamur pada buah masuk kedalam ruangan biji dan menginfeksi biji. Kelak jamur menginfeksi semai yang tumbuh dari buah yang sakit, jamur menyerang daun dan batang kelak dapat menginfeksi buah, sedangkan daur penyakit Colletotrichum capsici terbawa oleh biji dan mungkin dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama satu musim (Anonim, 2009).
Penyakit yang disebabkan oleh jamur ini biasanya pada waktu musim hujan. Jamur Colletotrichum capsici pada cabai (Capsicum annum) membentuk bercak-bercak coklat kehitaman, lalu meluas menjadi busuk lunak (hidrosis). Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok konidium jamur. Serangan berat dapat menyebabkan seluruh buah yang semuanya berwarna merah menjadi seperti jerami (Anonim, 2009).
Pengendalian secara hayati pada Colletotrichum capsici dapat dilakukan dengan menggunakan parasitoid Aphelimus asychis, Aphhidius rosae, Diaeretiella rapae. Golongan predator dapat digunakan Coccinella transversalis, serta Erynia neoaphidis yang merupakan cendawan entomopatogen.
Pengendalian dari serangan penyakit antraknosa (Colletotrichum capsici) pada buah cabai (Capsicum annum) yaitu Hindari pelukaan terhadap buah, baik selama buah masih mentah di pohon, maupun saat panen, pengangkutan, dan
penyimpanan. Memisahkan buah terserang dengan buah sehat. Buah dipetik pada waktu masih hijau dan dimatangkan dalam pematangan. Perendaman buah dalam air panas pada suhu 46- 49oC selama 20 menit, dilakukan segera setelah buah dipanen (Anonim, 2009).
Pada hasil pengamatan pada tanaman tomat (Lycopersicum) yang terserang Fusarium oxysporum mempunyai gejala yaitu berupa layunya daun dan kering, tangkai daun merunduk atau berbentuk seperti mangkok, dan pada akar terdapat bercak-bercak kuning. Tanaman ini merupakan gejala sekunder yang disebabkan karena adanya gangguan di dalam berkas pengangkutan atau adanya kerusakan pada susunan akar, yang menyebabkan tidak seimbangnya penguapan dengan pengangkutan air. Juga merupakan gejala sistematik karena serangan penyakit dapat terlihat dibagian tanaman lain selain serangan penyakit utamanya yaitu dibagian akar dan batang.
Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun terutama daun bagian bawah. Kelayuan dapat terjadi sepihak pada batang kadang berbentuk adventif. Tanaman kerdil dan merana tumbuhnya (Anonim, 2009),
Daur penyakit Fusarium oxysporum dapat bertahan dalam tanah. Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan dari jamur ini. Jamur mengadakan infeksinya pada akar terutama melalui luka-luka, lalu menetap dan berkembang diberkas pembuluh. Pengangkutan air dan hara tanah terganggu yang menyebabkan tanaman menjadi layu (Anonim, 2009).
Pengendalian dari serangan penyakit layu (Fusarium oxysporum) pada tanaman tomat (Lycopersicum) diantaranya dengan menanam varietas yang tahan terhadap penyakit tersebut, pemberian mulsa plastik transparan untuk menaikkan suhu tanah agar penyakit Fusarium oxysporum mati, serta tidak menanam tanaman tomat pada tanah yang terserang penyakit Fusarium oxysporum atau menanam dengan family yang sama.
Pengendalian secara hayati pada serangan penyakit Fusarium oxysporum tanaman tomat dapat menggunakan jamur antagonis Trichoderma sp. mempunyai kemapuan menekan patogen tular tanah seperti Botrytis cinerea pada buncis, Fusarium
oxysporum pada tomat dan pisang (Anonim, 2009).
Hasil pengamatan pada tanaman kakao (Theobromae cacao) yang terserang Phytophthora palmivora mempunyai gejala yaitu buah menjadi busuk dan berwarna hitam.
Mula-mula daun bawah layu, menguning, dan menggantung di sekitar batang sebelum rontok. Seterusnya daun-daun yang agak muda menunjukkan gejala yang sama, sehingga tanaman hanya mempunyai sedikit daun-daun kecil di puncaknya. Jika digali tampak akar-aka lateral membusuk, menjadi massa berwarna coklat tua, lunak, dan sering berbau tidak enak. Pembusukan meluas ke akar tunggang, sehingga tanaman sering roboh. Seringkali pembusukan meluas ke pangkal batang di atas permukaan tanah. Penyakit juga dapat timbul pada buah yang masih hijau, meskipun agak jarang terjadi. Buah membusuk, tetapi tetap keras. Pada umumnya pembusukan mulai dari dekat tangkai. Buah di tutupi oleh miselium jamur berwarna putih, seperti beledu, akhirnya buah mengeriput dan berwarna hitam (Anonim, 2009).
Jamur membentuk klamidiospora bulat atau agak bult, dengan ukuran 32-42mm, terminal atau interkalar, dinding tebal atau tipis, hialin atau kecoklatan, tumbuh dengan membentuk hifa (Anonim, 2009).
Pengendalian yang dapat dilakukan terhadap serangan Phytophthora palmivora yaitu dengan cara melakukan pemanenan secara teratur, memetik buah yang terserang dari pohon secepat mungkin sebelum jamur menyebar, serta memangkas pohon secara teratur.
Pengendalian dari serangan penyakit kanker/busuk buah (Phythophthora palmivora) pada buah kakao (Cocos nucifera) yaitu perbaikan drainase untuk menurunkan faktor penunjang pertumbuhan jamur, penaman biji/bibit tidak terlalu dalam, rotasi tanaman bukan inang (selain jeruk, coklat, durian, karet, kelapa, lada dan pinang), penanaman tanaman tahan, dan membongkar tanaman sakit sampai akar-akarnya, kemudian dibakar (menghilangkan sumber inokulum) (Anonim, 2009).
Pada hasil pembahasan gejala serangan yang tampak akibat serangan Fusarium oxysporum pada batang tanaman pisang yaitu terlihat pada batang bagian luar berwarna merah kehitaman. Hal ini disebabkan karena jamur menyerang batang pisang dari luar, yang kemudian merambat ke bagian dalam batang pisang.
Gejala serangan pada tanaman pisang Fusarium oxysporum yaitu terdapat bercak-bercak atau bintik bintik hitam pada batang menunjukkan adanya serangan yang kemudian diikuti oleh infeksi jamur. Tanaman yang terserang hebat hanya tinggal berupa batang berakar busuk, yang mudah roboh (Anonim, 2009).
Penyakit Fusarium oxysporum pada pisang menyumbat sistem pembuluh, sehingga tanaman akan layu. Daur hidupnya dapat hidup lebih lama di dalam tanah bekas akar tanaman yang telah mati. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini (Anonim, 2009).
Cara pengendalian penyakit tersebut yaitu dengan jalan melakukan usahausaha menanam varietas tahan dari penyakit tersebut, pergiliran tanaman, dan pemupukan yang seimbang.
Pengendalian ini meliputi penggunaan varietas tahan, perlakuan benih, pemanenan dan penyimpanan yang baik, rotasi, waktu tanam yang tepat, jumlah benih dan jarak tanam yang tepat, penggunaan pupuk hijau atau kandang, budidaya tanaman yang menstimulasi aktivitas agens biokontrol; hati-hati dalam penggunaan bahan kimia, harus selalu dipertimbangkan pencegahan terjadinya keracunan dan pencemaran lingkungan (Anonim, 2009)
3.2.2 Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus
Pada pengamatan buah dan batang pisang (Musa paradisiaca L) yang terserang Blood disease bacterium (BDB), terlihat bahwa daging buah pisang menjadi bercak-bercak darah dan kulit buah berwarna hijau. Pada batang pisang tampak pada lingkaran terdapat bercak-bercak darang yang menutupi saluran pada batang yang menyebabkan proses transportasi pada pisang.
Gejala serangan tanaman pisang yang terkena penyakit ini mudah dikenali dengan tanda-tanda sebagai berikut : Tanaman pisang yang terserang pertumbuhan daunnya terhambat, cepat patah dan menjadi kuning, layu dalam waktu yang relatif singkat. Jika batang dipotong, maka dalam beberapa saat akan keluar cairan kental berwarna merah seperti darah. Buah dari tanaman yang terserang apabila dipotong atau dibelah terlihat ada getah kental berwarna coklat kemerah-merahan yang berbau busuk. Anakan yang tumbuh pada rumpun yang sakit akan segera menunjukkan gejala daun menjadi layu, kering, kerdil dan akhirnya mati (Noor Inggah, 2009).
Pada pengamatan terhadap tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang penyakit layu bakteri terlihat bahwa tanaman tomat tersebut daunnya menjadi layu dan apabila diiris batangnya terlihat tanaman menjadi hitam.
Gejala serangan penyakit layu bakteri ditandai dengan adanya daun yang layu dimulai dengan daun yang muda atau pucuk kemudian berlanjut pada seluruh bagian tanaman. Serangan ini biasanya mulai nampak pada waktu tanaman umur 6 minggu. Jika tanaman di cabut kemudian batangnya dipotong akan terlihat berkas pembuluh berwarna coklat dan apa bila ditekan dari lingkaran berkas pembuluh akan keluar massa bakteri yang berwarna ke abu-abuan . Massa bakteri akan terlihat lebih jelas lagi apabila potongan batang tersebut dimasukan dalam air jernih dimana setelah batang tersebut dimasukkan beberapa menit kemudian akan terlihat benang-benang putih halus yang keluar dan bila digoyangkan benang tersebut akan putus. Benang-benang putih tersebut merupakan massa bakteri (Tanindo, 2008),
Pada pengamatan tanaman kacang tanah, pada bagian daun kacang terdapat bercak-bercak hitam. Menurut Semangun (2002), helaian anak daun kacang tanah (Arachis hypogaea) yang terserang PMoV, terdapat gambaran belang-belang yang tidak teratur, berwarna cokelat tua dan coklat muda. Ukuran daun tidak banyak berbeda dengan daun yang sehat.
Gejala serangan virus PMoV (Peanut Mottle Virus). pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) yang sering dijumpai
di lapang adalah gejala belang berwarna hijau tua dikelilingi daerah yang lebih terang atau hijau kekuning-kuningan. Pada umumnya gejala awal pada daun muda terlihat adanya bintik-bintik klorotik yang selanjutnya berkembang menjadi belang-belang melingkar Pada daun tua berwarna hijau kekuningan dengan belang-belang berwarna hijau tua (Litbang, 2006).
Pada pengamatan terhadap tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea), terlihat bahwa pada daun kacang terdapat semacam garis-garis halus yang warnanya lebih muda dari warna daun. Menurut Semangun (2000), daun tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) yang terserang virus PStV (Peanut Stripe Virus), terdapat garis putus-putus dan pada daun terjadi gejala mosaik yang berat. Pada daun terdapat gejala yang cenderung ringan, daging daun melengkung dan tepi-tepi daun agak menggulung ke atas seperti pada (Gambar 37).
Peanut Stripe Virus
(PStV) merupakan pathogen penting penyebab penyakit bilur pada tanaman kacang tanah. Daun tanaman yang terinfeksi menunjukkan gejala bercak hijau atau bilur yang dikelilingi garis klorotik dan agak berkerut. Pada perkembangan lebih lanjut mun-cul gejala mosaik. Gejala lainnya adalah bercak tak beraturan (blotch ) atau garisgaris klorotik pada daun, tergantung pada strain PStV (Peanut Stripe Virus) yang menyerang. Serangan PStV (Peanut Stripe Virus) dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan produksi kacang tanah menurun hingga 60%. Gejala serangan virus PMoV (Peanut Mottle Virus). pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) yang sering dijumpai
di lapang adalah gejala belang berwarna hijau tua dikelilingi daerah yang lebih terang atau hijau kekuning-kuningan. Pada umumnya gejala awal pada daun muda terlihat adanya bintik-bintik klorotik yang selanjutnya berkembang menjadi belang-belang melingkar. Pada daun tua berwarna hijau kekuningan dengan belang-belang berwarna hijau tua (Litbang, 2006).
Pada pengamatan tanaman padi (Oriza sativa), terlihat bahwa tanaman tumbuh kerdil, daun padi menguning seperti pada (Gambar 38). Anonim (2008), gejala penyakit ini yaitu tanaman yang terinfeksi tumbuh kerdil dengan anakan sedikit, daun mengalami perubahan warna dari hijau menjadi sedikit kuning sampai kuning oranye dan kuning coklat, dimulai dari ujung daun, terutama pada daun muda.
Berdasarkan pemahaman adanya stadia tanaman pada infeksi, dinamika vektor, dan epidemiolodi virus, maka strategi untuk mengendalikan tungro adalah mengusakhakn perlindungan dini terhadap tanaman saat fase vegetatif awal, menekan proporsi vektor viruliferous, dan sanitasi selektif sumber inokulum virus bulat. pengendalian pratanam antara lain merencanaka menanam padi serempak pada areal dengan luas minimum 40 ha, berdasarkan jangkauan dari satu sumber inokulum; merencanaka waktu tanam dengan memperkirakan saat puncak kepadatan populasi wereng hijau dan keberadaan tungro pada saat itu padi telah melewati vase vegetatif, membersihkan sumber inokulum tungro seperti singgang, bibit yang tumbuh dari ceceran gaba, rumput teki, dan eceng sebelum membuat pesemaian, tetapi tetap membiarkan pematang ditumbuhi rumput lain selain sumber inokulum untuk tempat berlindung musuh alami (Blaka, 2009).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
- Jamur merupakan makhluk hidup eukariota bersel banyak atau multiseluler yang bersifat heterotrof dengan cara menyerap zat organic dari lingkungan.
- Gejala penyakit yang disebabkan oleh jamur antara lain gejala nekrosis, gejala hipertropi, gejala layu, karat, embun, dan gejala hipoplasia.
- Pengelolaan penyakit secara terpadu menurut Zadoks dan Schein (1979) adalah total aksi yang dilakukan untuk mengatur tingkat penyakit hingga selalu berada pada tingkat populasi dibawah ambang kerusakan secara ekonomi.
- Bakteri merupakan mikroorganisme mikrokopis yang menyebabkan penyakit pada tanaman. Virus adalah mikroorganisme mikroskopis obligat yang menyebabkan penyakit pada tanaman.
- Gejala serangan dari bakteri adalah bercak daun, busuk lunak, hawar, puru, kanker, dan layu. Gejala serangan dari virus adalah penurunan laju pertumbuhan dari tanaman yang mengakibatkan pengkerdilan (stunting). Gejala yang paling nyata dari tumbuhan yang terserang virus umumnya nampak pada daun, tapi bisa juga tampak gejala pada batang, buah dan akar, dengan tanpanya gejala pada daun.
- Saran
Diharapkan agar waktu yang diberikan kepada praktikan dapat lebih memadai sehingga kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang kita inginkan bersama.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melangsungkan kehidupannya manusia membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya, agar dapat bertahan hidup. Makanan diproduksi dari hasil pertanian, untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu di lakukan beberapa kegiatan dalam usaha pertanian agar mencapai hasil maksimal. Diantara beberapa kegiatan tersebut adalah menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit yang akan mengakibatkan nilai ekonomis suatu tanaman tersebut menurun.
Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan nematoda dan penyakit (Anaf, 2010).
Nematoda puru akar memiliki banyak tanaman inang dan menyerang sebagian besar tanaman yang dibudidayakan, hampir semua tanaman sayuran dan lebih dari 1700 spesies tanaman lainnya. Meloidogyne spp. merupakan salah satu patogen sbawah tanah yang menjadi kendala dalam pengembangan sayuran tingkat tinggi di daerah tropis dan inang utamanaya adalah wortel, mentimun, labu, kentang, kubis, terong, bayam dan tomat (Anonim, 2010).
Akibat kemampuannya dalam mneginfeksi relatif lebih besar dan kisaran tanaman inang yang luas maka Meloidogyne spp. merupakan genus penting dari nematoda parasit tanaman. Tanaman yang terserang menjadi kurus, kerdil, hasil rendah dan kualitas berkurang (Anaf, 2010)
Nematoda termasuk dalam kelas fylum Nemathelmithes. Tidak semua anggota Nemathelmites berperan sebagai atau bersifat parasitic, namun ada yang bersifat spropag yang tidak merugikan tanaman. Nematoda merupakan salah satu kelas anggotanya berperan sebagai hama. Nematoda pada umumnya berbentuk silindris memanjang, hanya pada beberapa gebus, terutama pada nematode betina tubuhnya seperti kantung, buah avokat atau ginjal. Ukuran umum Nematoda panjang 0,4-0,5 mm dan lebar 0,01-0,05 mm (Anonim, 2010).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum tentang Pengenalan Nematoda adalah untuk mengetahui cirri morfologi, gejala serangan, tehknik ekstrasi dan tehknik pengendalian nematoda pada tanaman.
Kegunaan daari praktikum tentang pengenalan nematode adalah agar praktikan setelah melakukan praktikum dapat membedakan tanaman yang terkena nematoda dan penyakit tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Meloidogine sp
Pada Ordo Thylenchidae kerangka kepala tidak ada atau kurang berkembang, stilet kecil. Baik jantan maupun betina aktif, berupa nematoda berbentuk memanjang. Ovarium tunggal, vulva terletak di antara pertengahan panjang tubuh dan anus. Ekor nematoda betina meruncing. Nematoda jantan mempunyai sayap ekor tetapi tidak mencapai ujung ekor. Kelenjar esofagus berada di dalam basal bulbus sebagian kecil tumpang tindih dengan usus. Stilet berbentuk ramping, lancip, biasanya pada pangkal stilet terdapat knob yang terdiri dari tiga bagian sebagai tempat melekatnya otot-otot.
Farink dibagi menjadi empat bagian yang berturut-turut dari depan adalah prokorpus, metakorpus (berupa lembaran berbentuk seperti bulan sabit,sebagai tempat melekatnya otot-otot radial), istimulus (ramping memanjang yang dilingkari oleh sebuah cincin syaraf), dan bagian bawah adalah basal bulbus atau lobus. Kutikula kelompok nematoda ini memiliki anulasi jelas (Anaf, 2010).
2.2 Klasifikasi Meloidogine spp.
Sistematika Nematoda Puru Akar (Meloidogine sp), adalah sebagai berikut Kingdom : Animalia, Filum : Aschelmintes, Klass : Nematoda, Sub Klass : Secermentea, Ordo : Tylencida, Famili : Heteroderidae, Sub Famili : Heteroderidaenae, Genus : Meloidogyne (Anaf, 2010).
2.2 Daur Hidup Nematoda Meloidogine spp.
Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase yaitu larva I sampai larva IV dan nematode dewasa. Semua spesies nematoda puru akar memiliki siklus hidup yang sama. Lama siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18–21 hari atau 3–4 minggu dan akan menjadi lama pada suhu yang dingin. Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan 300- 800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur. Larva tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan atau betina dewasa yeng berbentuk memanjang di dalam kutikula, stadium keempat muncul dari jaringan akar dan menghasilkan telur secara terus menerus selama hidupnya (Anaf, 2009).
2.4 Mekanisme Serangan Nematoda Meloidogine spp.
Nematoda meletakkan telur di dalam tanah atau di dalam tumbuhan inangnya. Larva yang sudah terbentuk di dalam telur menetas ke luar. Jika terdapat tumbuhan inang, larva segera memarasitnya dan berkembang di dalamnya melalui empat stadium larva. Setelah pergantian kulit yang terakhir, perbedaan morfologi nematoda jantan dan betina akan tampak dengan jelas dan telah mampu melakukan proses reproduksi. Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang di dalam kutikula dan muncul keluar dari jaringan akar. Sedangkan nematoda betina dewasa tetap tertambat pada darah tempat makanannya di dalam stele dengan bagian poterior tubuhnya berada pada permukaan akar. Nematoda betina tersebut terus menerus menghasilkan telur selama hidupnya, kadang-kadang mencapai jumlah lebih dari 1000 telur. Khusus untuk nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) memerlukan waktu 18-21 hari untuk satu daur hidup (Totonunsri, 2008).
2.5 Tehnik Ekstrasi Nematoda Meloidogine spp.
Ekstraksi dengan pengkabutan : Lemari kaca untuk pengkabutan berisi corong-corong tempat meletakkan jaringan tanaman (yang dipotong sepanjang 10 mm jika cocok) dalam sebuah keranjang yang berlubang-lubang dan diairi dengan cara pengkabutan selama kira-kira 10 detik setiap 10 menit. Airnya ditampung di dalam tabung yang akan terisi air hingga meluap, tetapi laju aliran air cukup lambat, sehingga nematodanya mengendap di dasar tabung dan dikumpulkan setelah 2-4 hari. Volume air di dalam tabung dikurangi dengan menggunakan aspirator secara hati-hati. Pengkabutan menjaga agar air mengandung cukup banyak oksigen dan menghilangkan racun yang dihasilkan oleh jaringan tanaman yang membusuk, sehingga nematoda tetap dalam keadaan baik. Corong Baermann dapat digunakan, tetapi memiliki lebih banyak keterbatasan untuk material tanaman daripada untuk tanah.
Teknik ekstraksi Corong Baermann : Contoh tanah diletakkan di atas kertas tisu atau kain tenun halus pada saringan yang menopangnya dalam corong yang di lehernya dipasang tabung plastik dan penjepit. Kemudian alat ini diisi air untuk menjenuhkan tanah. Walaupun hanya sedikit volume tanah yang dapat diproses, tetapi metode ini mempunyai keuntungan, yaitu nematoda akan terakumulasi di dalam tabung di atas penjepit dan siap diambil secara langsung dengan melepaskan sedikit air (5–10 ml) ke dalam botol kecil.
Ekstraksi Penampan Whitehead : contoh tanah disebarkan pada kertas tisu atau kain tenun halus pada saringan kasar yang ditaruh di atas bagian dasar penampan yang diberi air sampai tanah jenuh. Setelah dibiarkan 1-4 hari, nematoda yang aktif akan bergerak ke bawah dan melalui tisu masuk ke dalam air. Volume tanah yang digunakan bergantung kepada ukuran penampan. Penampan yang besar (450 mm x 300 mm) dapat digunakan untuk menyebarkan 200 g tanah dalam lapisan yang tipis. Lapisan tanah yang tipis meningkatkan efisiensi ekstraksi dan mengurangi waktu ekstraksi. Sebelum mengumpulkan nematoda, saringan yang menyangga dipisahkan dengan hati-hati untuk mengurangi kontaminasi air dengan tanah. Selanjutnya, air dipindahkan ke dalam wadah yang sesuai, sehingga nematoda akan tenggelam selama beberapa jam. Air sebaiknya dibuang dan hanya disisakan 5-20 ml, secara sangat hati-hati jangan sampai nematoda terbuang. Cara lain, nematoda dapat diperoleh dengan melewatkan air melalaui saringan yang halus. Nematoda dapat hilang melalui saringan, tetapi kehilangan ini dapat diatasi dengan menangkap dan menyaring kembali filtrat beberapa kali.
Ekstraksi kista, tanah kering angin disuspensikan dengan air mengalir dalam gelas piala berukuran 41 dan diusahakan agar tidak sampai meluap. Tanah dibiarkan tenggelam selama 10 detik, dan air dilewatkan melalui saringan kasar berukuran 710 mikrometer di atas saringan 250 mikrometer. Tanah dicuci dan disaring dua kali lagi. Kemudian, material organik pada saringan halus diendapkan pada kertas saring di dalam corong Buchner dalam keadaan hampa udara, Jika digunakan corong tirus dan material organik disuspensikan dalam etanol 70%, kista akan diendapkan dalam suatu pita ke arah atas kertas.
Ekstraksi dari jaringan tumbuhan antara lain :
Pencelupan di Dalam
Air, dimana jaringan tumbuhan harus dibersihkan dari tanah dan potong-potonglah menjadi bagian-bagian kecil (dengan panjang 5-10 cm). Tambahkan air, cukup untuk menutup bagian tumbuhan yang berada di dalam tempat tersebut. Tutuplah tempat tersebut dan inkubasikan pada suhu kamar. Maserasi Mekanik, dimana potongan-potongan jaringan tumbuhan sepanjang 2-3 cm dimaserasi di dalam air dengan menggunakan pencincang listrik selama 15-30 detik akan menghasilkan campuaran nematoda hidup dan baigian-bagian jaringan tumbuhan. Enzim Maserasi, enzim yang dapat memaserasi jaringan tumbuhan, antara lain : pektinase, selulosa dan hemiselulosa yang secara komersial dapat diperoleh. Pengabutan Terputus, bahan tumbuhan ditempatkan di atas kaca plastik kasar yang ditempatkan di atas corong yang dapat mengalirkan air ke dalam tabung reaksi besar atau penampung air yang lain. (Shivas dkk, 2004).
2.6 Pengendalian Hayati Nematoda Meloydogine spp.
Pengendalian secara hayati pelaksanaannya menggunakan mikroorganisme pada nematoda yang sekarang giat diteliti. Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan parasit atau predator pada telur, larva tau nematoda dewasa agar dapat menekan populasi nematoda (Dropkin, 1991). Pengendalian hayati terhadap patogen tanaman umumnya terjadi mekanisme secara antagonis. Antagonis yaitu peristiwa dimana organisme yang satu menghambat perkembangan dan pertumbuhan organisme yang lain, hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara seperti kompetisi, antibiosis, dan parasitisme. Dalam hal ini dapat terjadi persaingan dan perebutan ruang, makannan (nutrisi), oksigen dan pembentukan toksin (Anaf, 2010).
III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum mata kuliah Dasar–dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematodabertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas pertanian, Universitas Tadulako. Pada hari selasa tanggal 21 Desember 2010 pada pukul 14.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Dasar–Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda adalah talang, keranjang, kain kasa, cutter, mikroskop, Handsprayer, cawan petri, corong, saringan, buku gambar, pensil, penghapus, penggaris, pena.
Bahan yang di butuhkan pada Praktikum Dasar–dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda adalah tanaman seledri (Aphium gravolensi L.) dan tanaman tomat (Solanum licoperdicum) yang terserang nematode Meloydogine spp. dan tanah disekitar perakarannya, tissue dan aquades.
3.3 Cara kerja
Menyiapkan alat dan bahan, menyusun talang dan keranjang kemudian menutup bagian atasnya dengan kain kasa dan tissue, mencuci akar hingga bersih selanjutnya memotong-motong bagian akar yang terserang nematoda dengan menggunakan cutter dengan panjang 1 cm, lalu menuangkan aquades ke dalam talang secukupnya. Setelah itu, menginkubasi akar atau tanaman tersebut selama satu kali 24 jam. Setelah inkubasi selanjutnya meniriskan akar dan tanah tersebut dengan menggunakan saringan, selanjutnya dengan heand sprayer sisa saringan dituangkan pada cawan petri, kemudian mengamatinya pada mikroskop dengan perbesaran 10x, lalu menggambarkannya pada buku gambar dengan menggunakan pensil, mistar dan penghapus serta memberikan keterangan dari masing-masing spesimen yang di bawa.
Pengamatan tanah yang terserang nematoda, yaitu menyusun talang dan keranjang kemudian menutup bagian atasnya dengan kain kasa dan tissue, kemudian mengambil tanah dari tanaman yang terserang nematoda, lalu menuangkan aquades ke dalam talang secukupnya. Setelah itu, menginkubasi akar atau tanaman tersebut selama satu kali 24 jam. Setelah inkubasi selanjutnya meniriskan akar dan tanah tersebut dengan menggunakan saringan, selanjutnya dengan heand sprayer sisa saringan dituangkan pada cawan petri, kemudian mengamatinya pada mikroskop dengan perbesaran 10x, lalu menggambarkannya pada buku gambar dengan menggunakan pensil, mistsr dan penghapus serta memberikan keterangan dari hasil yang diperoleh.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari hasil pengamatang yang telah kami lakukan maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Keterangan: 1.Daun layu dan kering 2. Batang jadi lunak 3.Bintil-bintil pada akar
|
Gambar 57. Morfologi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp.
Keterangan: 1. Daun terlihat layu dan menguning 2. Akar memndek dan terdat bintil-bintil
|
Gambar 58. Morfologi Tanaman Seledri (Aphium graveolens) yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp.
Keterangan: 1. Morfologi 2. Mata 3. Perut 4. Stylet 5. Ekor |
Gambar 59. Morfologi Nematoda Meloidogyne spp. jantan pada Pembesaran 10 x.
Keterangan: 1. Morfologi 2. Mata 3. Perut 4. Stylet 5. Ekor |
Gambar 60. Morfologi Nematoda Meloidogyne spp. Betina Pembesaran 10 x.
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamtan yang dilakukkan yaiitu nematoda memilki ciri morfologi yang saa baik jantan maupun betina. Nematoda betina yang dewasa kelihatan sedikit membengkak, sedangakan yang jantan berbentuk seperti cacing kecil (Tidak membengkak).
Berdasarkan pada pengamatan, Morfologi dari Nematoda jantan yaitu memiliki kepala, mata, perut, stylet, dan ekor. Sedangkan Nematoda betina memilki ukuran yang cukup besar dari Nematoda jantan yang di mana memilki kepala, mata, perut, stylet, dan ekor (Harni, R, I. 2000).
Nematoda jantan bentuknya kecil seperti cacing, demikian larva yang muda. Nematoda jantan biasa keluar dari akar lalu hidup di dalam tanah dan membuahi yang betina yang tinggal di bagian kulit akar. sedangkan Nematoda betina ukurannya lebih besar dari pada Nematoda jantan, dan kelihatan lebih membengkak. (Dewi, I.P. 2001).
Pada Nematoda betina tubuhnya seperti kantung, buah avokad, atau ginjal yang ukuran panjantg 0,4-0,5 mm (ukuran ekstrim 4 mm) dan lebarnya 0,01-0,05 mm. Nematoda betina dewasa berbentuk seperti botol yang bersifat endoparasit yang tidak terpisah, yang mempunyai leher pendek tanpa ekor yang ukuran panjangnya lebih dari 0,5 m dan lebarnya 0,3-0,4 mm. Daerah yang lebih kecil dan mempunyai 3 anulus. Sedangkan pada Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang, dan bergerak lambat di dalam tanah, panjang juga berfariasi maksimum 2mm sedang perbandingan panjang dan lebarnya mendekati 45 cm panjang styletnya hampir dua kali panjang stylet betina, ekornya pendek dan bualat bagian pastirior badanya terputar 1800c, mempunyai satu atau dua testis (Dewi, I.P. 2001).
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi perbandingan panjang dan lebarnya mendekati 45,panjang nematoda jantan 1,2 mm-1,5 mm.Nematoda betina dewasa berbentuk seperti botol yang bersifat endoparasit yang tidak terpisah,mempunyai leher pendek,daerah bibir kecil dn mempunyai tiga anulus,panjangnya lebih dari 0,5 mm,dan lebarnya 0,3-0,4 mm (Y. Nuryani. 2006).
Serangan nematoda menimbulkan gejala yang beragam tergantung pada jenis nematoda, jenis tumbuhan yang terserang dan keaadaan lingkungan (Suryadi, 1985), menurut Agrios (1996), nematoda yang menyerang akar akan menimbulkan gejala terutama pada akar, tetapi gejala ini biasanya disertai dan munculnya gejala pada bagian atas tanaman, yaitu berupa gejala tanaman kerdil, daun menguning, dan layu yang berlebihan dalam cuaca panas.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh pada tanaman Tomat (Lycoppersicum esculentum) yang di duga terserang Nematoda, maka di peroleh hasil daun layu, mengering, dan mengulung, batang menjadi lunak, dan akarnya berbintil-bintil membengkak memanjang, atau membulat pada akar.
Nematoda puru akar merupakan parasit yang umumnya pada berbagai tanaman pertanian yang tumbuh liar di daerah tropik dan beriklim sedang. Lebih dari 2000 jenis tumbuhan menjadi inang Nematoda puru akar. Tomat yang telah terserang penyakit ini akan mengalami kesulitan mengambil air dari tanah karena akar tanaman tidak adapat menyerap air yang mengandung unsur hara secara sempurna akibatnya, terjadi klorosis warna daun tidak normal, pertumbuahan terhambat, layu, buah kecil, dan cepat menjadi tua (Ahmad, R,Z. 2002).
Akar tanaman yang terserang Nematoda akan menjadi membengkak, atau memanjang dengan besar bervariasi, inin di sebabkan karena, adanya Nematoda betina, telur, dan larva. Betina yang dewasa akan menimbulkan pembengkakan pada akar tanaman, sedangkan Nematoda jantan akan menimbulkan bisul-bisul yang berbau busuk pada akar, ini di sebabkan karena adanya air ludah atau kotoran atau Nematoda yang bisa menyebabkan Hipertropi (Sastrahidayat, 2000).
Beradasarkan hasil pengamatan yang di peroleh pada tanaman Seledri (Aphium graveolens L.) yang terserang Nematoda, maka di peroleh hasil daun menjadi layu dan menguning, serta kar berbintil-bintil Pengendalian nematoda secara umum dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati.
Tanaman yang terserang pemyakit ini daun kan gugur serta akar serabut sekunder menjadi abnormal jumlahnya. Nematoda jantan biasa keluar dari akar, lalu hidup di dalam tanah yang membuahi yang betina yang tinggal diabagian kulit akar. Nematoda yang biasa menyerang tanaman memiliki stylet yang berguna untuk menusuk kedalam jaringan Nematoda ini banyak merugikan petani karena menyerang
dengan menusuk dengan megisap cairan sel, luka akibat tusukan akan megundang bakteri dan cendawan yang menyebabkan busuk akar, pekembagan tumbuhan akan terhambat, dan merugikan hasil yang di inginkan, bentuk Nematoda ini lonjong seperti advokat, dengan warna yang transparan (Puskara 2000).
Pengendalian dengan bercocok tanam melalui pengaturan waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan Pengendalian secara kimia dapat dilakaukan dengan penggunaan nematisida: fumigan, metil bromyda, methon sodium dan karbofuran, penanifhas, dan prophus (Anaf, 2010)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada pengamatan yang di lakukan maka di peroleh kesimpulan sebagai berikut
1. Nematoda merupakan sejenis cacing yang berukuran kecil yang dapat hidup di bawah tanah, dan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
2. Gejala serangan yang di timbulkan oleh Nematoda yaitu, dapat membuat daun menjadi layu, berwarna kekuningan, dan menimbulkan pembengkakan pada akar tanaman yang terserang.
3. Teknik pengandalian Nematoda yaitu dengan cara penerapan rotasi tanaman, dan pengunaan obat kimia, seperti furdan, temik, curaterr, cynein, dan nematicida.
5.2 Saran
Saran kami sebagai praktikan adalah kalau bisa praktikum kedepannya alat-alat yang digunakan seperti talang dan keranjang telah tersedia di laboratorium dan semoga kedepannya praktikum akan berjalan lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R,Z. dan Beriajaya, 2002. efek Nematofagus kapan Fusarium poae isolate
local trhadap larva. http://utamirubiyanto. blogspot.com/2002/06/ Nematofagus kapan Fusarium poae isolate local trhadap larva.html. Diakses pada tanggal 1 Januari 2011.
Anaf, 2010. Nematoda Meloydogine. http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/nematoda-puru-akar-meloidogyne-sp.html diakses pada hari rabu 30 Desember 2010
,2009. Cendawan fusarium. http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/cendawan-fusarium-sp.html Diakses pada tanggal 30 Desember 2010
,2009. Buasuk buah kakao Phytopthora
palmivora.http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/busuk-buah-kakao-phytophthora-palmivora.html. Diakses pada tanggal 30 Desember 2010
,2009. Penyakit Pada Kakao. http://anafzhu.blogspot.com/ busuk-buah-kakao-phytophthora-palmivora.html diakses pada tanggal 1 Januari 2011.
Anonim, 2009. Nematoda Meloydogine.http://www.tanindo.com/abdi18/.htm. Diakses pada tanggal 29 Desember 2010
,2007. wereng. http://agroporno.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 Desember
,2009. Tentang aves dan mamalia. http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/tentang-aves- dan-mamalia_25.html. diakses pada tanggal 2 Januari 2011.
,2009. Hama penykit. http://cabeputih.wordpress.com/category/hamapenyakit/. Diakses pada tanggal 29 Desember 2010.
,2009. Macam-macam Penyakit Tanaman. http://hp-tanaman. blogspot.com/2009/03/ macam-macam-penyakit-tanaman.html. Diakses pada tanggal 29 Desember 2010.
______,2009. Pustaka Deptan. http://www.pustaka deptan.go.id/agritek/ppua0164.pdf. Diakses pada tanggal. 29 Desember 2010
,2009. Layu fusarium dan layu verticilium http://jhiagoek.blogspot.com/2009/12/layu-fusarium-dan-layu-verticilium.html. Diakses pada tanggal. 29 Desember 2010
,2009. Macam-macam Penyakit Tanaman. http://hp-tanaman.blogspot.com/2009/03 /macam-macam-penyakit-tanaman.html. Diakses pada tanggal.29 Desember 2010
,2009. Morfologi nyamuk. http://garistepi.wordpress.com/2009/07/05/morfologi-nyamuk-aedes-aegypti/. Diakses pada tanggal 2 Januari 2011
,2009. Undur-undur. http://id.wikipedia.org/wiki/Undur-undur. diakses pada tanggal 2 januari 2011
. ,2009. Bed bug or kutu busuk Cimex
http://www.sith.itb.ac.id/publikasi-ia/Bed-bug-or-kutu-busuk-Cimex.pdf. Diakses pada tanggal 30 Desemer 2010.
______
,2008. Hama Tanaman Perkebunan dan pangan. http://www.scirb.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 30 Desember 2010
. ,2009. pests-stored-product-insects
http://www.rentokil.co.id/techinical-a-z-pests-stored-product-insects-6.4.11.htm. Diakses pada tanggal 2 Januari 2011.
. ,2009. http://phiets.wordpress.com/hama/. Diakses pada tanggal 30 Desember 2011.
. ,2009. Pests Copra beetle
http://www.rentokil.co.id/Techinical-A-Z-Pests-Copra-beetle-6.4.11.10.htm. Diakses pada tanggal 30 Desember 2011.
,2009. Pests Flour Mite Pests-Flour-Mite .http://www.rentokil.co.id/Techinical-A-Z- Pests-Flour-Mite-6.4.11.12.htm. Diakses pada tanggal 30 Desember 2011
,2009. http://www.rentokil.co.id/Techinical-A-Z-Pests-Maize-Weevil-6.4.11.23.htm. Diakses pada tanggal 30 Desember 2011
_______,2009, Hemiptera. Wapedia.mobi/id/Hemiptera Diakses pada hari minggu tanggal 30 Desember 2010
_______,2009, Hemiptera. Wapedia.mobi/id/Hemiptera Diakses pada hari minggu tanggal 30 Desember 2010
Deptan, 2004. Layu Fusarium Pada Pisang
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/bpisang/.pdf. diakses pada tanggal 29 Desember 2010.
______,2009. http://wikipedia.com/klasifikasi/Colletotrichum/capsici.html. Diakses pada tanggal 29 Desember 2010.
______,2009. http://wikipedia.com/klasifikasi/fusarium/oxysporum.html. Diakses pada tanggal 29 Desember 2010.
______,2009. http://isengnulis.multiply.com/journal/item/10. Diakses pada tanggal 29 Desember 2010.
Dewi, I.P. 2001 efek dari gliocladium spp. Terhadap larva 3 Haemonchus Contortus secara infitro. Sikripsi serjana Biologi Universitas Nasional Jakrta.
Djafaruddin, 2000. Dasar-Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta
Fachruddin, L., 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius, Yogyakarta
Fajaranidini, 2007. Penyakit Pada Tomat. http://fajaranidini.blogspot.com/ diakses pada tanggal 1 Januari 2011
Harni, R, I. Mustika dan S,B Nazarudi. 2000, kajian teknik fomolasi jamur pemangsa
Nematoda untuk mengandalikan penyakit kuning lada. http://organisasi.org/ciri_ciri_dan_. Nematoda untuk mengandalikan penyakit kuning lada Diakses pada tanggal 16 November 2000. Laporan bagian proyek penelitian tanaman rempah dan obat tahun, 1999/2000 balai penelitian tanaman rempah, dan obat, bogor halam 133-140
IPTEKNet@, 2008. Sentra Informasi IPTEK. http://www.ipteknet.com. Diakses 30 Desember 2010.
Kebunwhy, 2009. Penyakit Tanaman Hortikultura. http://kebunwhy.8m.com/.html diakses pada tanggal 30 Desember 2010
Kartasapoetra, 2002. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara, Jakarta
Lena, 2009. Pengantar Perlindungan Tanaman. http://l3na.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 Desember 2010
Nuryani, Y. 2006. Strategi pengendalian nematoda parasit pada tanaman nilam. http://kireidwi. blog.friendster.com/2006/04/. Diakses pada tanggal 22 Desember 2010. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Rio Ardi, 2009, Ordo ordo serangga. Rioardi.wordpress.com/2009/01/21/ordo-ordo serangga. Diakses pada hari minggu tanggal 30 Desember 2010
Saleh, 2008. Ordo-ordo serangga http://hp-tanaman.blogspot.com/2009/03/macam-macam-hama-tanaman-pangan.html. diakses pada tanggal 2 januari 2011.
Sari, 2009. Ulat Daun Kubis. http://sarimanis.blogspot.com. Diakses pada 30 Desember 2010
Sastara hidayat, I. R., 2000. Ilmu penyakit tumbuhan.
http://id.wikipedia.org/. Diakses pada tanggal 14 November 2000. Diakses pada tanggal 14 November 2000. Uni brawijaya Usaha Nasional Surabaya
Semangun, H., 2002. Penyakit Tanaman Pangan Di Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar, M., 2003. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara, Jakarta.
Tanindo, 2008. http://www.tanindo.com. Diakses Senin, 30 Desember 2010
Tajdiabang et al, 2002. www4fao.org/cgi-bin/caris. Diakses Jumat, 30 Desember 2010
BIODATA PENYUSUN
Penyusun bernama lengkap MUH. FAHRUDDIN NURDIN yang akrab dipanggil Udin. Lahir di Palu pada tanggal 31 Januari 1992. Penyusun adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Nurdin S.pd (Alm) dan Murtin S.pd (Alm). Penyusun telah melewati jenjang pendidikan yang dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) pada tahun 1996-1997 di TK Al-munawarah Tolitoli
Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1997-2003 di Madrasah Ibtidaiyah Negri, Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 2003-2006 di SMP Neg. 5 Tolitoli, dan Sekolah menengah atas pada tahun2006-2009 di Sekolah Menengah Atas 2 Tolitoli pada tahun. kemudian melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi Universitas Tadulako Palu pada tahun 2009 pada Program studi agribisnis, Jurusan sosial ekonomi pertanian, Fakultas pertanian hingga saat ini.